Selasa, 25 Maret 2014

KTI ( Peran Agama Islam Dalam Kesehatan Mental Remaja )







BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Masa remaja adalah masa untuk menguji kemampuan individu dalam melaksanakan perannya sebagai laki-laki atau perempuan dan untuk mengembangkan keterampilannya dalam peran yang cocok. Sebagian kapasitas itu terletak pada perubahan-perubahan fisik. Namun bagian yang lebih besar perubahannya terletak pada penyesuaian diri secara psikologis yang di capai, di antaranya berupa emosi yang tidak stabil yang dapat memicu tumbuhnya gangguan mental.
Ketidak seimbangan dalam diri remaja dapat memicu hal-hal yang negatif yang kemungkinan akan di lakukan para remaja. Hal ini menyebabkan orang sulit memahami diri remaja dan remaja sendiri sering tidak mengerti dirinya. Suasana hati yang demikian membuat remaja merasa dalam jurang atau menghadapi jalan buntu. Uluran tangan orang lain sangat di butuhkan supaya remaja tidak jauh lebih dalam untuk malakukan perbuatan yang nekat atau yang dapat merusak diri sendiri. Agar dapat mengatasi gangguan jiwa yang dapat menggerogoti jiwa para remaja, agama hadir sebagai solusi yang tepat. Agama tak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Fitrah manusia di ciptakan mempunyai naluri beragama. Hubungan antara kejiwaan dengan agama dalam kaitannya hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri pada kekuasaan Yang Maha Esa sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental. Hubungan manusia dan agama merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam fitrah penciptaan manusia.
Kondisi mental memang sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, mampu, berguna dan sanggup menghadapi kesukaran-kesukaran atau rintangan-rintangan dalam hidup. Apabila kesehatan mental terganggu, akan tampaklah gejalanya dalam segala aspek kehidupan. Jika ilmu jiwa banyak berbicara tentang perasaan dan ketentraman jiwa, maka agama memberikan berbagai pedoman dan petunjuk agar ketentraman jiwa tercapai.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian agama Islam?
2.    Apa pengertian kesehatan mental remaja?
3.    Bagaimana kriteria remaja bermental sehat?
4.    Faktor-faktor apa yang menggangu kesehatan mental remaja?
5.    Bagaimana peran agama Islam dalam pembentukan kesehatan mental remaja?
6.    Bagaimana proses bimbingan konseling dalam kesehatan mental remaja?

C.           Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini guna memecahkan perumusan masalah. Maka tujuan penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
1.    Untuk mengerti agama islam
2.    Untuk mengerti kesehatan mental remaja
3.    Untuk mengetahui kriteria remaja bermental sehat
4.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mengganggu kesehatan mental remaja
5.    Untuk mengetahui peran agama islam dalam pembentukan kesehatan mental remaja
6.    Untuk mengetahui proses bimbingan konseling dalam kesehatan mental remaja



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Agama Islam
Islam menurut bahasa adalah selamat atau kedamaian, sedangkan dalam istilah syar’i islam berserah diri, tunduk, patuh, dengan kesadaran yang tinggi tanpapaksaan. Sedangkan islam secara makna sangat luas artinya. Makna selamat merupakan jalan hidup satu-satunya yang paling selamat mengantarkan manusia sampai tujuan akhirnya, yaitu kehidupan akhirat. Dalam konteks perjalanan, tujuan hanya di capai melalui jalan yang di tempuh. Sedangkan sebuah jalan, ia memiliki cara dan aturan. Makna kedamaian adalah dengan mengikuti jalan islam untuk mencapai tujuan, seseorang pasti akan mendapatkan kedamaian dalam menjalani kehidupannya. Damai dalam konteks internal ( dari dirinya sendiri ) dan dalam konteks eksternal ( dalam hubungan bermasyarakat ). Islam adalah agama yang menyukai kedamaian, kecuali jika hak Allah dan azasi manusia di hina dan di dzolimi, maka islam dalam ajarannya menganjurkan untuk melakukan tindakan yang proposional dan sesuai dengan perlakuan tersebut[1].
Adapun Islam dari segi istilah beberapa ahli mendefinisikannya. Harun Nasution mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya melalui satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia[2]. Sementara itu, Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya yaitu, keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama Islam selaras dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam al-Quran, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah[3]. Dengan itu Islam pada dasarnya adalah agama perdamaian, dan ajarannya yang pokok adalah keesaan tuhan. Islam ingin menciptakan kehidupan dunia yang damai dan rukun di antara umat manusia[4].

B.            Kesehatan Mental Pada Remaja
Pengertian kesehatan mental menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya bahwa kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat di lakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi ( penyerahan diri sepenuhnya kepada tuhan )[5]. Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorangdan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Mental yang sehat akan mewujudkan keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia dunia akhirat. Jika mental sehat dicapai maka individu memiliki integrasi penyesuaian dengan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Menurut pasikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari awal anak-anak hingga masa awal dewasa. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat badan dan tinggi badan yang dramastis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karateristik seksual. Pada perkembangan ini pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan semakin menghabiskan waktu di luar keluarga[6].
Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Masalah yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidak seimbangan antara keduanya. Kemampuan intelektual mereka yang telah di rancang sejak awal melalui beberapa macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai media. Mereka telah di banjiri berbagai informasi, pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media masa yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan remaja sekarang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan semakin modern mempengaruhi dunia pendidikan yang cenderung mengutamakan aspek kognitif ( kecerdasan intelektual ), sementara nilai-nilai afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan akhlak muli sebagaimana ditegaskan dalam tujuan pendidikan nasional yaitu, untuk mengembangkan potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang maha Esa dan berakhlak muliakurang banyak dikaji dalam dunia pendidikan persekolahan[7]. Hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, melainkan pendidikan lebih mengutamakan mengejar ilmu pengetahuan dari pada mendidik dan membina kepribadian dan akhlak mulia anak didik. Dunia pendidikan tidak mengembangkan nilai-nilai afektif sebagai dasar pembinaan kepribadian anak yang menjadi tolak ukur pertama dan utama dalam pelaksanaan pendidikan di negara kita menjadi parsial atau tidak utuh sebagaimana disyaratkan oleh pendidikan umum bahwa pendidikan menyeimbangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akibat nilai pendidikan parsial, tidak menyeimbangkan kognitif dan afektif anak didik di satu pihak intelektualnya cerdas, kemampuan skill cakap dan terampil, di sisi lain potensi afeksi emosional tidak terbina terutama di kalangan remaja sehingga melahirkan emosi moral afektual, kultural dan menjadi penyebab dehumanisasi dan demoralisasi. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga, putus asa, malu, cinta, dan benci, perlu di cermati dan di pahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan normal dan mulus tanpa ada mengalami gangguan sedikitpun.
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-20 tahun pada pria, dan 11-19 tahun pada wanita[8]. Secara tradisional masalah remaja dianggap sebagai periode badai dan topan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi, kemudian melawan dan memberontak. Emosi yang tidak terkendali inidisebabkan oleh konflik peran yang sedang dialami remaja. Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri dari pada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinya yang baru[9].

C.           Kriteria Remaja Yang Bermental Sehat
Dengan perkembangan psikologis pada remaja terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Manusia pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan mudah teganggu kesehatan mentalnya. Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut[10]:
1.    Dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya  lapang dada
2.    Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya
3.    Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualnya
4.    Mampu menemukan jati dirinya dan berperilaku sesuai jati dirinya
5.    Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya
6.    Dapat mengaktualisasikan kemampuan baik dalam sekolah maupun lingkungan sosialnya
7.    Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian dengan pikiran yang jernih
8.    Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9.    Memiliki integrasi kepribadian memiliki perasaan aman

D.           Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja
          Ada dua faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja[11], yaitu:
1.    Faktor Internal
yaitu yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat,bakat, keturunan. Contoh yaitu sifat baik, jahat, pemarah, dengki, iri, pemalu, pemberani. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
2.    Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek nenek, dan masih banyak lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor eksternal yang buruk dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.
Faktor-faktor lain yang membuat kesehatan mental remaja terganggu adalah[12]:
1.    Faktor Biologi
Yaitu proses pertumbuhan ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri-ciri seksual primer adalah proses pertumbuhan organ-organ seksual yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti pada pria yaitu pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina, dll. Ciri-ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ-orangtubuh yang tidak berkaitan lansung dengan proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara, pertumbuhan badan yang pesat. Pada wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar, pertumbuhan badan yang pesat, dll. Perubahan biologi dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu seperti:
a.    Sulit beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru. Pertumbuhan fisik secara tiba-tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit menghadapinya. Pertumbuhan yang terlalu cepat dibandingkan teman-teman sebaya lainnya dapat menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang terlambat dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul.
b.    Salah informasi yang menyebabkan salah persepsi. Mereka ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru bertanya kepada teman-temannya yang malah memberikan jawaban yang salah dan dapat menjerumuskan kepada hal yang buruk, seperti seks bebas, menstrubasi, dan salah perlakukan dirinya sendiri.
2.    Faktor Keluarga
Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bise membebaskan diri dari dominasi mereka pada level-level orang dewasa. Seringkali orang tua mencapuri urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dan pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orang tua adalah karena kepedulian orang tua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun di telinga dan di persepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang kriminal. Remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas orang tuanya.
3.    Faktor Lingkungan dan Sosial
  Pada faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan remaja seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar. faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari lingkungan, remaja banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat membuat remaja menjadi terganggu kesehatan mentalnya.
Dampak gangguan kesehatan mental pada remaja[13]:
Dampak positifnya jika remaja tersebut dapat melalui masa-masa stes dan gangguan kesehatan mental lainnya maka remaja tersebut dapat menjadikannya pembelajaran dari pengalaman yang menyebabkan frustasi tersebut dan menjadikannya motivasi untuk terus berusaha lebih baik.
          Dampak negatifnya jika remaja jika remaja tidak bisa mengatasi stres dan kesehatan mental lainnya maka dapat timbul:
1.    Kenakalan remaja
2.    Penyalahan obat terlarang dan alcohol
3.    Seks bebas
4.    Gangguan makan
5.    Bunuh diri
6.    Gangguan mental
7.    Kurangnya percaya diri

E.            Peran Agama Islam Dalam Pembentukan Kesehatan Mental Remaja
          Pembinaan mental seorang dimulai sejak ia kecil. Semua pengalaman yang dilakukan baik yang didasari atau tidak, ikut mempengaruhi dan menjadi unsur-unsur yang bergabung dalam kepribadian seseorang. Diantara unsur-unsur terpenting tersebut yang akan menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian hari ialah nilai-nilai yang di ambil dari lingkungan terutama lingkungan keluarga. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai agama, moral, dan sosial. Apabila dengan pengalaman waktu kecil itu banyak didapat nilai-nilai agama, maka kepribadiannya akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Demikian sebaliknya, jika nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula dari agama dan relatif mudah goncang. Karena nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah-ubah sepanjang zaman adalah nilai-nilai agama, sedang nilai-nilai sosial dan moral yang di dasarkan selain agama akan sering mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.
          Kematangan dewasa secara psikologi adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai a sense of responbility serta dalam memiliki filsafat hidup yang mantap. Salah satu materi yang pokok sebagai pengisi filsafat hidup adalah agama. Agama bagi remaja memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk penenang jiwa. Pada dasarnya agama islam menanamkan nilai-nilai ajaran islam untuk bekal mereka dalam menghadapi dan mengatasi problema hidupnya[14]. Pada masa adolesen remaja mengalami masa kegoncangan jiwa. Dalam periode ini mereka di gelisahkan oleh perasaan-perasaan yang ingin melawan dan menentang orang tua, kadang-kadang mulai muncul dorongan seks yang belum pernah di rasakan. Di samping itu mereka sering gelisah karena takut gagal, kurang serasi dalam pertumbuhan dan sebagainya. Segala macam gelombang itu akan menyebabkan mereka menderita kebingungan . dalam keadaan seperti itu ajaran islam mampu merupakan penolong yang sangat ampuh untuk untuk mangembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwa[15].
                   Kesehatan mental dalam islam juga mencakup pengertian al mutammimah, yaitu hati yang tentram, juga al sakinah yakni bersih. Menurut pandangan islam kesehatan mental tidak hanya sekedar harmonisnya interaksi manusia dalam kepentingan duniawi, tetapi sekaligus dalam rangka integritas iman yang sempurna[16].
                   Ada beberapa konsep untuk mencapai ketenangan jiwa dalam diri manusia sebagai berikut[17]:
1.    Orang yang mau mentaati perintah Allah dan Rasulnya pasti akan senang dan bahagia.
2.    Orang yang beriman pasti akan diberi ketentraman hidup.
3.    Orang yang beriman dan beramal sholeh pasti mempunyai kehidupan yang baik.
4.    Orang yang beriman dan beramal sholeh pasti pernah takut dan berduka cita.

F.            Proses Bimbingan Konseling Terhadap Mental Remaja
          Bimbingan adalah pertolongan yang di berikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan ( dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan-keterampilan tertentu yang di perlukan dalam menolong ) kepada orang lain yang memerlukan pertolongan dengan menggunakan nilai-nilai islam sebagai pedoman[18]. Bimbingan islam merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup salaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien, yang mana konseling datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor agar dapat memberikan bimbingan dengan metode-metode psikologis sebagai berikut[19]:
1.    Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh
2.    Mengembangkan kualitas kesehatan mental
3.    Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih evektif pada diri individu dan lingkungannya
4.    Menanggulangi problem hidup dan kehidupan secara mandiri
          Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.



BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Usia remaja merupakan usia paling rentang terhadap pengaruh yang berasal dari dalam dan dari luar yang di jalani oleh remaja itu sendiri. Remaja memiliki pandangan tersendiri yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat karena pada masa dan umur tersebut pada remaja lebih senang untuk mencari dan mencoba hal-hal yang baru. Dengan perkembangan psikologis pada remaja terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Manusia pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan mudah teganggu kesehatan mentalnya. Dalam periode ini mereka di gelisahkan oleh perasaan-perasaan yang ingin melawan dan menentang orang tua, kadang-kadang mulai muncul dorongan seks yang belum pernah di rasakan. Di samping itu mereka sering gelisah karena takut gagal, kurang serasi dalam pertumbuhan dan sebagainya. Segala macam gelombang itu akan menyebabkan mereka menderita kebingungan . dalam keadaan seperti itu ajaran islam mampu merupakan penolong yang sangat ampuh untuk untuk mangembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwa. Kesehatan mental dalam islam juga mencakup pengertian al mutammimah, yaitu hati yang tentram, juga al sakinah yakni bersih. Menurut pandangan islam kesehatan mental tidak hanya sekedar harmonisnya interaksi manusia dalam kepentingan duniawi, tetapi sekaligus dalam rangka integritas iman yang sempurna. Diperlukan adanya Konseling Islam karena di dalamnya ada proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B.            Saran
          Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis memberikan saran kepada pembaca terutama para remaja untuk memahami tentang kesehatan mental remaja, dari segi faktor maupun solusi serta bimbingannya. Supaya para remaja bisa lebih berhati-hati lagi dalam menjaga dirinya, juga lebih memanfaatkan ajaran-ajaran agama untuk dapat menghindari hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya.
          Penulis juga menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini sehingga penulis sangat membutuhkan saran dari para pembaca. Dan semoga dapat memberi manfaat bagi  para pembaca.



[1] A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam ( Bandung: Pustaka Setia, 1991 ), 50
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbargai Aspeknya ( Jakarta: UI Press, 1985 ), 24
[3] Maulana Muhammad Ali, Islamologi ( Jakarta: Rajawali Perss, 1980 ), 57
[4] A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, 50
[5] Jalaluddin Rakhmad, Psikologi Agama ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003 ), 46
[6] Hurlock. E, Psikologi Perkembangan ( Jakarta: Erlangga, 2002 ), 42
[7] Syamsudin, Psikologi Kependidikan ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005 ), 97
[8] Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 ), 32
[9] Hurlock. E, Psikologi Perkembangan, 70
[10] Willis Sofyan, Remaja dan Masalahnya ( Bandung: Alfabeta, 2005 ),102
[11] Willis Sofyan, Remaja dan Masalahnya, 104
[12] Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 ), 63
[13]Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 ), 114
[14]Susila Ningsih, Perkembangan Rasa Keagamaan Pada Remaja ( Jakarta: PT. Gunung Agung, 2000 ), 48
[15] Zakiyah darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental ( Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983 ) 90-91
[16] M. Sattu Allang, Metode Dakwah Dalam Mengatasi Problematika Remaja ( Semarang, 1989 ), 11
[17] Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi anak ( Semarang, 1998 ), 26
[18] Kartini, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya Teknik Bimbingan Praktis ( Jakarta: CV. Rajawali, 1985 ), 9
[19]Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam ( Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 1981 ), 180
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar