BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa
remaja adalah masa untuk menguji kemampuan individu dalam melaksanakan perannya
sebagai laki-laki atau perempuan dan untuk mengembangkan keterampilannya dalam
peran yang cocok. Sebagian kapasitas itu terletak pada perubahan-perubahan
fisik. Namun bagian yang lebih besar perubahannya terletak pada penyesuaian
diri secara psikologis yang di capai, di antaranya berupa emosi yang tidak
stabil yang dapat memicu tumbuhnya gangguan mental.
Ketidak
seimbangan dalam diri remaja dapat memicu hal-hal yang negatif yang kemungkinan
akan di lakukan para remaja. Hal ini menyebabkan orang sulit memahami diri
remaja dan remaja sendiri sering tidak mengerti dirinya. Suasana hati yang
demikian membuat remaja merasa dalam jurang atau menghadapi jalan buntu. Uluran
tangan orang lain sangat di butuhkan supaya remaja tidak jauh lebih dalam untuk
malakukan perbuatan yang nekat atau yang dapat merusak diri sendiri. Agar dapat
mengatasi gangguan jiwa yang dapat menggerogoti jiwa para remaja, agama hadir
sebagai solusi yang tepat. Agama tak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia.
Fitrah manusia di ciptakan mempunyai naluri beragama. Hubungan antara kejiwaan
dengan agama dalam kaitannya hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa
terletak pada sikap penyerahan diri pada kekuasaan Yang Maha Esa sehingga akan
dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental. Hubungan manusia dan
agama merupakan hubungan yang bersifat kodrati. Agama itu sendiri menyatu dalam
fitrah penciptaan manusia.
Kondisi
mental memang sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat
mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, mampu, berguna dan sanggup
menghadapi kesukaran-kesukaran atau rintangan-rintangan dalam hidup. Apabila
kesehatan mental terganggu, akan tampaklah gejalanya dalam segala aspek
kehidupan. Jika ilmu jiwa banyak berbicara tentang perasaan dan ketentraman
jiwa, maka agama memberikan berbagai pedoman dan petunjuk agar ketentraman jiwa
tercapai.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah di paparkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian agama Islam?
2.
Apa
pengertian kesehatan mental remaja?
3.
Bagaimana
kriteria remaja bermental sehat?
4.
Faktor-faktor
apa yang menggangu kesehatan mental remaja?
5.
Bagaimana
peran agama Islam dalam pembentukan kesehatan mental remaja?
6.
Bagaimana
proses bimbingan konseling dalam kesehatan mental remaja?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini guna memecahkan
perumusan masalah. Maka tujuan penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
1.
Untuk
mengerti agama islam
2.
Untuk
mengerti kesehatan mental remaja
3.
Untuk
mengetahui kriteria remaja bermental sehat
4.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mengganggu kesehatan mental remaja
5.
Untuk
mengetahui peran agama islam dalam pembentukan kesehatan mental remaja
6.
Untuk
mengetahui proses bimbingan konseling dalam kesehatan mental remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama Islam
Islam
menurut bahasa adalah selamat atau kedamaian, sedangkan dalam istilah syar’i
islam berserah diri, tunduk, patuh, dengan kesadaran yang tinggi tanpapaksaan.
Sedangkan islam secara makna sangat luas artinya. Makna selamat merupakan jalan
hidup satu-satunya yang paling selamat mengantarkan manusia sampai tujuan
akhirnya, yaitu kehidupan akhirat. Dalam konteks perjalanan, tujuan hanya di
capai melalui jalan yang di tempuh. Sedangkan sebuah jalan, ia memiliki cara
dan aturan. Makna kedamaian adalah dengan mengikuti jalan islam untuk mencapai
tujuan, seseorang pasti akan mendapatkan kedamaian dalam menjalani
kehidupannya. Damai dalam konteks internal ( dari dirinya sendiri ) dan dalam
konteks eksternal ( dalam hubungan bermasyarakat ). Islam adalah agama yang
menyukai kedamaian, kecuali jika hak Allah dan azasi manusia di hina dan di
dzolimi, maka islam dalam ajarannya menganjurkan untuk melakukan tindakan yang
proposional dan sesuai dengan perlakuan tersebut[1].
Adapun
Islam dari segi istilah beberapa ahli mendefinisikannya. Harun Nasution
mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan tuhan
kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul. Islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya melalui satu segi, tetapi
mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia[2].
Sementara itu, Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama
perdamaian dan dua ajaran pokoknya yaitu, keesaan Allah dan kesatuan atau
persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama Islam selaras dengan
namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah,
sebagaimana tersebut dalam al-Quran, melainkan pula pada segala sesuatu yang
secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah[3].
Dengan itu Islam pada dasarnya adalah agama perdamaian, dan ajarannya yang
pokok adalah keesaan tuhan. Islam ingin menciptakan kehidupan dunia yang damai
dan rukun di antara umat manusia[4].
B.
Kesehatan Mental Pada Remaja
Pengertian
kesehatan mental menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya bahwa kesehatan mental merupakan
suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan
tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat di lakukan antara
lain melalui penyesuaian diri secara resignasi ( penyerahan diri sepenuhnya
kepada tuhan )[5].
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorangdan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang lain. Mental yang sehat akan mewujudkan keserasian yang sungguh-sungguh
antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta
bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia dunia akhirat. Jika mental
sehat dicapai maka individu memiliki integrasi penyesuaian dengan identifikasi
positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung
jawab menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku.
Remaja
adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa
remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Menurut
pasikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari awal anak-anak hingga
masa awal dewasa. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat badan dan tinggi badan yang dramastis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karateristik seksual. Pada perkembangan ini pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol dan semakin menghabiskan waktu di
luar keluarga[6].
Mental
sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Keduanya saling
mempengaruhi dan dapat menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan
gangguan jiwa dan penyakit jiwa. Masalah yang sering terjadi pada perkembangan
intelektual dan emosional remaja adalah ketidak seimbangan antara keduanya.
Kemampuan intelektual mereka yang telah di rancang sejak awal melalui beberapa
macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan
berbagai media. Mereka telah di banjiri berbagai informasi, pengertian, serta
konsep-konsep pengetahuan melalui media masa yang semuanya tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan remaja sekarang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat dan semakin modern mempengaruhi dunia pendidikan
yang cenderung mengutamakan aspek kognitif ( kecerdasan intelektual ),
sementara nilai-nilai afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan akhlak muli
sebagaimana ditegaskan dalam tujuan pendidikan nasional yaitu, untuk
mengembangkan potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan Yang maha Esa dan berakhlak muliakurang banyak dikaji
dalam dunia pendidikan persekolahan[7].
Hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, melainkan pendidikan lebih
mengutamakan mengejar ilmu pengetahuan dari pada mendidik dan membina
kepribadian dan akhlak mulia anak didik. Dunia pendidikan tidak mengembangkan
nilai-nilai afektif sebagai dasar pembinaan kepribadian anak yang menjadi tolak
ukur pertama dan utama dalam pelaksanaan pendidikan di negara kita menjadi
parsial atau tidak utuh sebagaimana disyaratkan oleh pendidikan umum bahwa
pendidikan menyeimbangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akibat
nilai pendidikan parsial, tidak menyeimbangkan kognitif dan afektif anak didik
di satu pihak intelektualnya cerdas, kemampuan skill cakap dan terampil, di
sisi lain potensi afeksi emosional tidak terbina terutama di kalangan remaja sehingga
melahirkan emosi moral afektual, kultural dan menjadi penyebab dehumanisasi dan
demoralisasi. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang,
marah, takut, bangga, putus asa, malu, cinta, dan benci, perlu di cermati dan
di pahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan
hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja
sebagai peserta didik berjalan dengan normal dan mulus tanpa ada mengalami
gangguan sedikitpun.
Dalam
psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri
yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini
berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-20 tahun pada pria,
dan 11-19 tahun pada wanita[8].
Secara tradisional masalah remaja dianggap sebagai periode badai dan topan,
suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi
yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi, kemudian melawan dan
memberontak. Emosi yang tidak terkendali inidisebabkan oleh konflik peran yang
sedang dialami remaja. Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat
dengan keadaan hormon suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat
marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri dari
pada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang
tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri
dengan situasi dirinya yang baru[9].
C.
Kriteria Remaja Yang Bermental Sehat
Dengan
perkembangan psikologis pada remaja terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Manusia pada masa remaja
yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan
mudah teganggu kesehatan mentalnya. Kriteria remaja yang bermental sehat adalah
sebagai berikut[10]:
1.
Dapat
menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya lapang dada
2.
Dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya
3.
Dapat
mengatasi gejolak-gejolak seksualnya
4.
Mampu
menemukan jati dirinya dan berperilaku sesuai jati dirinya
5.
Dapat
menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya
6.
Dapat
mengaktualisasikan kemampuan baik dalam sekolah maupun lingkungan sosialnya
7.
Tidak
mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian
dengan pikiran yang jernih
8.
Memiliki
cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk
memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9.
Memiliki
integrasi kepribadian memiliki perasaan aman
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja
Ada dua faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental remaja[11],
yaitu:
1.
Faktor
Internal
yaitu yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat,bakat,
keturunan. Contoh yaitu sifat baik, jahat, pemarah, dengki, iri, pemalu,
pemberani. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik,
menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti
turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
2.
Faktor
Eksternal
Yaitu faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan
seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik,
kakek nenek, dan masih banyak lainnya. Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu
seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan,
pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga
mental seseorang, namun faktor eksternal yang buruk dapat berpotensi
menimbulkan mental tidak sehat.
Faktor-faktor
lain yang membuat kesehatan mental remaja terganggu adalah[12]:
1.
Faktor
Biologi
Yaitu proses pertumbuhan ciri-ciri seksual primer dan sekunder.
Ciri-ciri seksual primer adalah proses pertumbuhan organ-organ seksual yang
berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti pada pria yaitu
pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina,
dll. Ciri-ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ-orangtubuh yang tidak
berkaitan lansung dengan proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya
bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara, pertumbuhan badan yang pesat. Pada
wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar, pertumbuhan badan
yang pesat, dll. Perubahan biologi dapat membuat kesehatan mental remaja
terganggu seperti:
a.
Sulit
beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru. Pertumbuhan fisik secara
tiba-tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit menghadapinya.
Pertumbuhan yang terlalu cepat dibandingkan teman-teman sebaya lainnya dapat
menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang
terlambat dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul.
b.
Salah
informasi yang menyebabkan salah persepsi. Mereka ingin bertanya kepada orang
yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru bertanya kepada teman-temannya
yang malah memberikan jawaban yang salah dan dapat menjerumuskan kepada hal
yang buruk, seperti seks bebas, menstrubasi, dan salah perlakukan dirinya
sendiri.
2.
Faktor
Keluarga
Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remja sehari-hari
sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan
remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya
secara bertahap untuk bise membebaskan diri dari dominasi mereka pada
level-level orang dewasa. Seringkali orang tua mencapuri urusan pribadi anaknya
yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dan pertanyaan
tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orang tua adalah karena kepedulian orang
tua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun di telinga dan di
persepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi
terhadap seorang kriminal. Remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas
orang tuanya.
3.
Faktor
Lingkungan dan Sosial
Pada faktor lingkungan dan
sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan remaja seperti
pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar. faktor-faktor
tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari lingkungan, remaja
banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak menuntut remaja untuk
banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat tertekan. Lingkungan
yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat membuat remaja menjadi
terganggu kesehatan mentalnya.
Dampak gangguan kesehatan mental pada remaja[13]:
Dampak
positifnya jika remaja tersebut dapat melalui masa-masa stes dan gangguan
kesehatan mental lainnya maka remaja tersebut dapat menjadikannya pembelajaran
dari pengalaman yang menyebabkan frustasi tersebut dan menjadikannya motivasi
untuk terus berusaha lebih baik.
Dampak negatifnya
jika remaja jika remaja tidak bisa mengatasi stres dan kesehatan mental lainnya
maka dapat timbul:
1.
Kenakalan
remaja
2.
Penyalahan
obat terlarang dan alcohol
3.
Seks
bebas
4.
Gangguan
makan
5.
Bunuh
diri
6.
Gangguan
mental
7.
Kurangnya
percaya diri
E.
Peran Agama Islam Dalam Pembentukan Kesehatan Mental Remaja
Pembinaan
mental seorang dimulai sejak ia kecil. Semua pengalaman yang dilakukan baik
yang didasari atau tidak, ikut mempengaruhi dan menjadi unsur-unsur yang
bergabung dalam kepribadian seseorang. Diantara unsur-unsur terpenting tersebut
yang akan menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian hari ialah
nilai-nilai yang di ambil dari lingkungan terutama lingkungan keluarga.
Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai agama, moral, dan sosial. Apabila dengan
pengalaman waktu kecil itu banyak didapat nilai-nilai agama, maka
kepribadiannya akan mempunyai unsur-unsur yang baik. Demikian sebaliknya, jika
nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama maka unsur-unsur
kepribadiannya akan jauh pula dari agama dan relatif mudah goncang. Karena
nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah-ubah sepanjang zaman adalah
nilai-nilai agama, sedang nilai-nilai sosial dan moral yang di dasarkan selain
agama akan sering mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu
sendiri.
Kematangan dewasa secara psikologi
adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai a sense of responbility serta
dalam memiliki filsafat hidup yang mantap. Salah satu materi yang pokok sebagai
pengisi filsafat hidup adalah agama. Agama bagi remaja memiliki fungsi yang
sangat penting, yaitu untuk penenang jiwa. Pada dasarnya agama islam menanamkan
nilai-nilai ajaran islam untuk bekal mereka dalam menghadapi dan mengatasi
problema hidupnya[14].
Pada masa adolesen remaja mengalami masa kegoncangan jiwa. Dalam periode ini
mereka di gelisahkan oleh perasaan-perasaan yang ingin melawan dan menentang
orang tua, kadang-kadang mulai muncul dorongan seks yang belum pernah di
rasakan. Di samping itu mereka sering gelisah karena takut gagal, kurang serasi
dalam pertumbuhan dan sebagainya. Segala macam gelombang itu akan menyebabkan
mereka menderita kebingungan . dalam keadaan seperti itu ajaran islam mampu
merupakan penolong yang sangat ampuh untuk untuk mangembalikan ketenangan dan
keseimbangan jiwa[15].
Kesehatan mental dalam islam
juga mencakup pengertian al mutammimah, yaitu hati yang tentram, juga al
sakinah yakni bersih. Menurut pandangan islam kesehatan mental tidak hanya
sekedar harmonisnya interaksi manusia dalam kepentingan duniawi, tetapi sekaligus
dalam rangka integritas iman yang sempurna[16].
Ada beberapa konsep untuk
mencapai ketenangan jiwa dalam diri manusia sebagai berikut[17]:
1.
Orang
yang mau mentaati perintah Allah dan Rasulnya pasti akan senang dan bahagia.
2.
Orang
yang beriman pasti akan diberi ketentraman hidup.
3.
Orang
yang beriman dan beramal sholeh pasti mempunyai kehidupan yang baik.
4.
Orang
yang beriman dan beramal sholeh pasti pernah takut dan berduka cita.
F.
Proses Bimbingan Konseling Terhadap Mental Remaja
Bimbingan adalah pertolongan yang di
berikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan ( dengan pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan-keterampilan tertentu yang di perlukan dalam menolong ) kepada
orang lain yang memerlukan pertolongan dengan menggunakan nilai-nilai islam
sebagai pedoman[18].
Bimbingan islam merupakan proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup salaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Konseling adalah suatu aktifitas pemberian
nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk
pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien, yang mana konseling
datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan dan kurangnya
pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor agar dapat
memberikan bimbingan dengan metode-metode psikologis sebagai berikut[19]:
1.
Mengembangkan
kualitas kepribadian yang tangguh
2.
Mengembangkan
kualitas kesehatan mental
4.
Menanggulangi
problem hidup dan kehidupan secara mandiri
Konseling Islam merupakan proses
pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya
sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masa
remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Usia remaja
merupakan usia paling rentang terhadap pengaruh yang berasal dari dalam dan
dari luar yang di jalani oleh remaja itu sendiri. Remaja memiliki pandangan
tersendiri yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat karena pada masa dan umur
tersebut pada remaja lebih senang untuk mencari dan mencoba hal-hal yang baru.
Dengan perkembangan psikologis pada remaja terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat. Manusia pada masa remaja
yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi sangat labil dan
mudah teganggu kesehatan mentalnya. Dalam periode ini mereka di gelisahkan oleh
perasaan-perasaan yang ingin melawan dan menentang orang tua, kadang-kadang
mulai muncul dorongan seks yang belum pernah di rasakan. Di samping itu mereka
sering gelisah karena takut gagal, kurang serasi dalam pertumbuhan dan
sebagainya. Segala macam gelombang itu akan menyebabkan mereka menderita
kebingungan . dalam keadaan seperti itu ajaran islam mampu merupakan penolong
yang sangat ampuh untuk untuk mangembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwa.
Kesehatan mental dalam islam juga mencakup pengertian al mutammimah, yaitu hati
yang tentram, juga al sakinah yakni bersih. Menurut pandangan islam kesehatan
mental tidak hanya sekedar harmonisnya interaksi manusia dalam kepentingan
duniawi, tetapi sekaligus dalam rangka integritas iman yang sempurna. Diperlukan
adanya Konseling Islam karena di dalamnya ada proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B.
Saran
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis memberikan saran
kepada pembaca terutama para remaja untuk memahami tentang kesehatan mental
remaja, dari segi faktor maupun solusi serta bimbingannya. Supaya para remaja
bisa lebih berhati-hati lagi dalam menjaga dirinya, juga lebih memanfaatkan
ajaran-ajaran agama untuk dapat menghindari hal-hal yang dapat mengganggu
kesehatan mentalnya.
Penulis juga
menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini sehingga
penulis sangat membutuhkan saran dari para pembaca. Dan semoga dapat memberi
manfaat bagi para pembaca.
[1] A. Mukti Ali, Memahami
Beberapa Aspek Ajaran Islam ( Bandung: Pustaka Setia, 1991 ), 50
[2] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbargai Aspeknya ( Jakarta: UI Press,
1985 ), 24
[3] Maulana
Muhammad Ali, Islamologi ( Jakarta: Rajawali Perss, 1980 ), 57
[4] A. Mukti Ali, Memahami
Beberapa Aspek Ajaran Islam, 50
[5] Jalaluddin
Rakhmad, Psikologi Agama ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003 ), 46
[6] Hurlock. E, Psikologi
Perkembangan ( Jakarta: Erlangga, 2002 ), 42
[7] Syamsudin, Psikologi
Kependidikan ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005 ), 97
[8] Yusuf Syamsu, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 ), 32
[9] Hurlock. E, Psikologi
Perkembangan, 70
[10] Willis Sofyan,
Remaja dan Masalahnya ( Bandung: Alfabeta, 2005 ),102
[11] Willis Sofyan,
Remaja dan Masalahnya, 104
[12] Juntika, Landasan
Bimbingan dan Konseling ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 ), 63
[13]Juntika,
Landasan Bimbingan dan Konseling ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 ),
114
[14]Susila Ningsih,
Perkembangan Rasa Keagamaan Pada Remaja ( Jakarta: PT. Gunung Agung,
2000 ), 48
[15] Zakiyah
darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental ( Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1983 ) 90-91
[16] M. Sattu
Allang, Metode Dakwah Dalam Mengatasi Problematika Remaja ( Semarang,
1989 ), 11
[17] Charles
Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi anak ( Semarang, 1998 ), 26
[18] Kartini, Bimbingan
Dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya Teknik Bimbingan Praktis ( Jakarta: CV.
Rajawali, 1985 ), 9
[19]Hamdani Bakran
Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam ( Yogyakarta: Fajar Pustaka
baru, 1981 ), 180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar