BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Negara
berkembang adalah negara yang sedang membangun menuju negara modern. Didalamnya
terdapat suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan
secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial dan budaya
sebagai pendukung keberhasilannya.Negara berkembang umumnya memiliki
ketergantungan tinggi pada perekonomian luar negeri yang bersifat rentan akibat
hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak menentu.
Saat ini
permasalahan tersebut cukup serius dan setiap negara berkembang harus melakukan
proses perubahan ke arah modernisasi dengan cara melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pembangunan tersebut
membawa kemajuan. Sering pada bidang-bidang tertentu bisa juga mengalami
kemunduran. Oleh karena itu, pembangunan di negara berkembang harus dilakukan
semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain adalah untuk mengatasi permasalahan-permasalahn
di atas. Secara umum, permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang seperti
yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin adalah tingkat kehidupan yang
rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan pertumbuhan populasi serta
tanggungan beban yang tinggi.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam pembuatan
makalah ini ada beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
pembangunan ekonomi?
2.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi?
3.
Bagaimana tujuan
dan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi?
4.
Apa devinisi
negara berkembang?
5.
Bagaimana
permasalahan pembangunan ekonomi di negara berkembang?
6.
Bagaimana upaya
pembangunan ekonomi di negara berkembang?
7.
Bagaimana
strategi pembangunan Indonesia pengangguran dan inflasi?
C.
Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengerti
pengertian pembangunan ekonomi.
2.
Untuk
mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi
pembangunan ekonomi.
3.
Untuk mengerti
tujuan dan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi.
4.
Untuk mengerti devinisi
negara berkembang?
5.
Untuk mengerti
permasalahan pembangunan ekonomi di negara berkembang.
6.
Untuk mengerti
upaya pembangunan ekonomi di negara berkembang.
7.
Untuk mengerti
strategi pembangunan Indonesia pengangguran dan inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan
ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi[1].
Pada pembangunan
ekonomi, masyarakat berperan sebagai pelaku utamanya, dan pemerintah menjadi
pembimbing dan pendukung jalannya pembangunan ekonomi.
Menurut Sadono
Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang
berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang
terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan
salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya
pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat,
meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Pembangunan
ekonomi adalah proses perubahan menuju perbaikan yang dilakukan secara sadar
dan terencana untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Seiring berkembangnya
zaman, pembangunan ekonomi mulai diartikan sebagi usaha untuk meningkatkan atau
mempertahankan pendapatan per kapita dengan tetap memperlihatkan pertumbuhan
penduduk.
Berdasarkan
pengertian pembangunan ekonomi, terdapat tiga elemen sebagai berikut.
1.
Pembangunan
sebagai suatu proses
Artinya, pembangunan adalah tahap
yang harus dijalani setiap warga atau negara. Setiap negara harus mmenjalani
tahap-tahap perkembangan untuk kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
2.
Pembangunan
sebagi suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
Merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh negara dalam peningkatan pendapatan per kapita, maka partisipasi
oleh semua pihak negara harus baik, karena pendapatan per kapita merupakan cermin
kebaikan kesejahteraan masyarakat.
3.
Peningkatan
pendapatan per kapita berlangsung dalam jangka panjang
Perekonomian dikatakan berkembang jika pendapatan per
kapitanya meningkat. Maka dengan adanya peningkatan kegiatan ekonomi setiap
tahunnya, pendapatan per kapita dapat tetap naik, walaupun terdapat gangguan
yang sementara[2].
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pembangunan Ekonomi
Proses
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor:
1.
Faktor Ekonomi
a. Sumber
alam atau tanah. Yang mencakup: kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan
hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dsb. Lewis: "Dengan
hal-hal yang sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan alamnya
dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya."
b. Akumulasi
Modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu maka disebut
akumulasi modal atau pembentukan modal.
Nurskse: "Makna pembentukan
modal adalah masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini
sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi
mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan
perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya."
Kuznets: "rasio modal output
marginal atau ICOR (incremental capital-output ratio; incremental = marginal)
memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi modern".
c. Organisasi.
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi.
Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh, dan membantu
meningkatkan produktivitasnya.
d. Kemajuan
teknologi. Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam
proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan di
dalam metode produksi sebagai hasil pembaruan atau teknik penelitian baru.
Perubahan ini menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi lain.
Kuznets: lima pola penting
pertumbuhan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi modern, yaitu:
1) Penemuan
ilmiah
2) Invensi
3) Inovasi
atau pembaharuan
4) Penyempurnaan
5) Penyebarluasan
penemuan
e. Pembagian
kerja dan skala produksi. Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan
peningkatan produktivitas. Adam Smith menekankan arti penting pembagian kerja
bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja perbaikan kemampuan produksi buruh
buruh lebih efisien menghemat waktu mampu menemukan mesin baru produksi
meningkat.
2.
Faktor
non-ekonomi
a. Lembaga
atau faktor sosial dan budaya. Pendidikan dan kebudayaan di Barat membawa ke
arah penalaran (reasoning) dan skeptisisme menanamkan semangat baru dan
memunculkan kelas pedagang baru menghasilkan perubahan pandangan, harapan,
struktur dan nilai-nilai sosial orang dibiasakan menabung dan berinvestasi dan
menikmati resiko untuk memperoleh laba. Lewis: "hasrat untuk
berhemat", memaksimumkan output untuk input tertentu.
b. Sumberdaya
manusia. Pengembangan faktor manusia berkaitan dengan efisiensi dan
produktivitas, yang oleh ahli ekonomi disebut pembentukan modal insani, yaitu
proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh
penduduk negara yang bersangkutan.
Jumlah penduduk yyang melonjak cepat merupakan
penghambat bagi pembangunan di negara berkembang.
c. Faktor
politik dan administratif. Stabilitas politik dan administrasi yang kokoh
membantu pertumbuhan ekonomi modern. Administrasi yang kuat, efisien, dan tidak
korup sangat penting bagi pembangunan ekonomi. Demikian juga dengan ketertiban,
stabilitas dan perlindungan hukum mendorong kewiraswastaan.
Struktur politik dan administrasi
yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara
terbelakang[3].
C.
Tujuan
Dan Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan
ekonomi mempunyai tujuan, yaitu: meningkatkan kualitas hidup masyarakat untuk
kebutuhan hidup, memperluas distribusi kebutuhan pokok, memperluas kesempatan
kerja, memperbaiki kualitas pendidikan, meningkatkan pemahaman dalam pemahaman
nilai-nilai budaya bangsa, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperluas
pilihan ekoonomi dan sosial bagi tiap individu secara menyeluruh. Tujuan
pembangunan ekonomi jangka pendek yang berhubungan dengan tujuan pembanguinan
nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup,kecerdasan,kesejahteraan
masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan landasan yang kuat
untuk pembangunan berikutnya. Tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang adalah
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka,bersatu berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang
aman,tenteram,tertib,dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka,bersahabat,tertib,dan damai.Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan
pada bidang ekonomi dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan faktor penting dalam mengurangi kemiskinan dan menghasilkan
sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan manusia dan perlindungan
lingkungan. Namun, pertumbuhan ekonomi
saja tidak menjamin pembangunan manusia. Yang berfungsi dengan baik
lembaga-lembaga sipil, individu yang aman dan hak milik, dan berbasis luas
layanan kesehatan dan pendidikan juga penting untuk meningkatkan standar hidup
secara keseluruhan. Meskipun kekurangannya, meskipun, PDB tetap ukuran proxy
yang berguna kesejahteraan manusia.
Beberapa macam indikator
yang dapat digunakan untuk melihat dan mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
1.
Produk Domestik
Bruto
PDB adalah jumlah barang dan jasa
akhir yang dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran
pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak mencerminkan
kesejahteraan penduduk.
2.
PDB per Kapita
atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran
yang elbih tepat karean telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran
pendapatn perkapita dapat diketahui dengan membagiPDB dengan jumlah penduduk.
Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi
sebaliknya jika pendapatan suatu negaraitu di bawah rata – rata maka
pertumbuhan ekonominya juga rendah.
3.
Pendapatan Per
jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih
maju dibandingkan negara lain bila mempunyaitingkat pendapatan atau upah per
jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam kerjadi negara lain untuk
jenis pekerjaan yang sama[4].
D.
Devinisi
Negara Berkembang
Negara
berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang
rendah,infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia
yang kurangdibandingkan negara global. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yangtentunya memiliki permasalahan ekonomi, masalah perekonomian
Indonesia akhir-akhir inisemakin meningkat, dan para ahli ekonomi kita malah
semakin pesimis dengan programpemulihan ekonomi indonesia (Gombloh :1998).
Kondisi perekonomian global yang rapuhdengan sistem finansialnya yang tidak
berfungsi baik, menempatkan negara-negaraberkembang pada posisi yang kian
rentan.
Negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia memiliki karakter atau ciri sebagai berikut:
1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi
Tingkat pertambahan penduduk di
negara berkembang umumnya lebih tinggi dua hingga empat kali lipat dari negara
maju. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan budaya di negara
berkembang yang berbeda dengan di negara maju. Hal tersebut dapat mengakibatkan
banyak masalah di masa depan yang berkaitan dengan makanan, rumah, pekerjaan,
Pendidikan dan lain sebagainya.
2. Tingkat Pengangguran Tinggi
Akibat dari tingginya pertumbuhan
penduduk mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi tinggi.
Jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada kesempatan lapangan kerja yang
tersedia dan tingkat pertumbuhan keduanya yang tidak seimbang dari waktu ke
waktu.
3. Tingkat Produktivitas Rendah
Jumlah faktor produksi yang
terbatas yang tidak diimbangi dengan jumlah angkatan kerja mengakibatkan lemahnya
daya beli sehingga sektor usaha mengalami kesulitan untuk meningkatkan
produksinya.
4. Kualitas Hidup Rendah
Akibat rendahnya tingkat
penghasilan, masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok,
pendidikan, kesehatan, dll. Banyak yang kekurangan gizi, tidak bisa baca tulis,
rentan terkena penyakit, dan lain sebagainya.
5. Ketergantungan Pada Sektor Pertanian
/Primer
Umumnya masyakat adalah bermata
pencaharian petani dengan ketergantungan yang tinggi akan hasil sektor
pertanian.
6. Pasar & Informasi Tidak Sempurna
Kondisi perekonomian negara
berkembang kurang berkompetisi sehingga masih dikuasai oleh usaha monopoli,
oligopoli, monopsoni dan oligopsoni. Informasi di pasar hanya dikuasai oleh
sekelompok orang saja.
7. Tingkat Ketergantungan Pada Angkatan
Kerja Tinggi
Perbandingan jumlah penduduk yang
masuk dalam kategori angkatan kerja dengan penduduk non angkatan kerja di
negara sedang berkembang nilainya berbeda dengan dengan di negara maju. Dengan
demikian di negara maju penduduk yang berada dalam usia nonproduktif lebih
banyak bergantung pada yang masuk angkatan kerja.
8. Ketergantungan Tinggi Pada Perekonomian
Eksternal Yang Rentan
Negara berkembang umumnya memiliki
ketergantungan tinggi pada perekonomian luar negeri yang bersifat rentan akibat
hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak menentu.
Ciri-ciri lainnya dari negara yang
sedang berkembang:
1.
Tidak cukup
makan.
2.
Struktur agraria
lemah, karena pemilikan tanah yang kecil.
3.
Industri kurang
berkembang di sebagian daerah.
4.
Tidak banyak
menggunakan yang dibangkitkan dengan mesin.
5.
Ketergantungan
ekonomi, karena perusahaan-perusahaan besar ada di tangan orang asing, atau
negara tersebut masih tergantung pada luar negeri.
6.
Struktur sosial
yang masih feodal (menggunakan paham lama).
7.
Tingkat
pengangguran yang sangat besar jumlahnya dan tersebar di beberapa wilayah.
8.
Tingkat
pengajaran rendah atau mutu pendidikan yang kurang baik.
9.
Angka kelahiran tinggi.
10.
Kesehatan yang
kurang memadai.
11.
Orientasi kepada
tradisi dan kepada kelompok.
12.
Kekayaan alam belum diolah semaksimal mungkin.
13.
Kemiskinan, dan
hal ini memang sangat mengkhwatirkan.
14.
Kebodohan dan
keterbelakangan.
15.
Kurangnya tenaga
ahli di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
16.
Kesehatan
kurang.
17.
Pendidikan tidak
memadai.
18.
Kesehatan
nasional lemah[5].
Oleh sebab itu,
maka pemerintah negara yang sedang berekmbang harus memiliki langkah yang
strategis dalam perencanaan pembangunan untuk meningkatkan potensi sumber daya
yang terbatas dalma menunjang pembangunan bagi negara yang sedang berkembang di
era globalisasi ini.
E.
Permasalahan
Pembangunan Ekonomi Di Negara Berkembang
Permasalahan
ekonomi yang sering dialami oleh negara berkembang yaitu:
1.
Penduduk,
pertumbuhan penduduk yang sangat besar jumlahnya menambah kerumitan
masalah-masalah pembangunan yang dihadapi. Tingkat kelahiran dinegara-negara
berkembang umumnya sangat tinggi yakni sekitar 35-40 setiap 1.000 orang
penduduk. Sedangkan di negara-negara maju kurang dari setengahnya. Begitupula
tingkat kematian di negara-negara berkembang relatif tinggi dibandingkan dengan
di negara maju. Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan sehingga tidak
seluruh penduduk Indonesia dapat melakukan kegiatan ekonomi karena untuk
berinvestasi kita harus memiliki uang lebih sedangkan para pengangguran dan
masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sangat sulit. Masalah
kesempatan kerja dan pengangguran yang semakin kompleks ini menyebabkan
jalannya perekonomian menjadi terhambat. Menurut (Bachrawi :2004) Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat hidup di negaraberkembang
diakibatkan kurangnya penggunaan tenaga
kerja yang efisien dimana mereka tergolong bekerja secara normal dengan waktu
penuh tetapi tingkat produktivitasnya rendah sehingga tidak menghasilkan output
yang baik sedangkanpenduduk yang mampu dan ingin bekerja tetapi tidak tersedia
lapangan pekerjaan.
2.
Tingkat Produksi
yang rendah, produksi yang rendah ini diakibatkan oleh sumber daya manusia yang
kurang memadai sehingga kurang adanya inovasi dalammeningkatkan nilai tambah
suatu barang guna mencapai keuntungan yang maksimal.Selain itu rendahnya
tingkat produktivitas tenaga kerja bisa disebabkan karena kekurangan faktor
input komplementer seperti kekurangan modal atau kurang baiknya manajemen yang
profesional.
3.
Ekonomi
Indonesia sangat tergantung kepada ekonomi eksternal, dalam hal ini eksternal
yang dimaksud yaitu siklus ekonomi Internasional, misalnya pada periode1970-an
membumbungnya harga minyak dunia hal ini berakibat postif bagi Indonesia yaitu
meningkatnya penerimaan dari ekspor migas sehingga meningkatkan APBN sedangkan
pada periode 1982 perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian
dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada
gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia dalam kegiatan impor.
4.
Tingkat
pendidikan, terdapatnya kegagalan-kegagalan dalam mengembangkan projek di
negara-negara berkembang menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli ekonomi bahwa
kemampuan suatu masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan
antara lain tergantung kepada taraf pendidikan masyarakatnya.
Kesenjangan
sosial ekonomi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang
sedang berkembang, yaitu suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial
ekonomi dalam kehidupan masyarakat atau adanya jurang pemisah yang semakin
lebar antara si kaya dan si miskin. Kesenjangan ini timbul sebagai suatu
keadaan yang menggambarkan tidak adanya kesamaan kemampuan dari para warga
masyarakat di bidang sosial dan ekonomi. Ada individu dalam masyarakat yang
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya, sehingga dapat mencapai
kedudukan sosial ekonomi yang tinggi. Seperti menduduki jabatan tertentu atau
berhasil menjadi orang kaya. Tetapi ada juga individu yang mengalami kesulitan
untuk menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, sehingga tidak dapat meraih
suatu status sosial dan ekonomi yang tinggi. Seperti hidupnya miskin, menjadi
pengangguran, atau menjadi pekerja rendahan (buruh).
Berdasarkan
sejarah kehidupan manusia, gejala yang menggambarkan kedaaan kaya dan miskin
secara berdampingan dalam kehidupan masyarakat merupakan masalah sosial atau
merupakan gejala sosial yang wajar terjadi dalam perkembangan masyarakat.
Tetapi setelah masyarakat berencana melakukan modernisasi di segala bidang
penghidupan, terutama di bidang industri/ekonomi, maka timbullah nilai-nilai
sosial yang baru. Seperti munculnya konsep masyarakat tradisional dan
masyarakat modern, masyarakat ekonomi maju dan masyarakat ekonomi terbelakang,
sehingga muncul individu sebagai makhluk sosial. Pada waktu itulah individu
sadar akan kedudukan sosial dan ekonominya, sehingga menggolongkan dirinya
sebagai orang kaya dan miskin. Kemiskinan kemudian dianggap sebagai pemicu
masalah sosial yang sangat dibenci oleh masyarakat.
Diikuti oleh
timbulnya kecemburuan sosial, tindakan provokasi, dan aksi-aksi sosial warga
masyarakat miskin, seperti berupa gerakan demontrasi atau pemogokan dari
pekerja rendahan (buruh). Tuntutan kebebasan berusaha, kenaikan gajiatau upah,
dan lain sebagainya. Kemudian muncul anggapan bahwa lembaga ekonomi masyarakat
belum berfungsi dengan baik. Sehingga perlu dibenahi agar lebih adil dan
merata.
Bila tidak
dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hal-hal yang bersifat kriminalitas
(kejahatan) tumbuh subur dengan baik. Seperti korupsi, kolusi, nepotisme,
pencurian, perkelahian, pembunuhan, penipuan, dan lain sebagainya. Tindak
kriminalitas ini berhubungan langsung dengan kondisi dan proses-proses sosial
ekonomi. Secara umum seperti terjadinya gerak dan perubahan sosial, persaingan
dan pertentangan, konflik budaya, ideologi, politik, ekonomi, agama, dan
lain-lain. Sebagai wujud imitasi (tiruan), kompensasi, identifikasi, konsepsi
pribadi, dan kekecewaan yang agresif tanpa bisa berpikir panjang lagi.
Dari uraian
diatas akhirnya kita tahu bahwa masalah sosial ekonomi merupakan hasil dari
perkembangan masyarakat dan perubahan zaman yang begitu cepat. Terlebih lagi
saat memasuki era perdagangan bebas nanti[6].
F.
Upaya
Pembangunan Ekonomi Di Negara Berkembang
Saat ini
permasalahan-permasalahan yang tersebut pada pembahasan sebelumnya sudah
menjadi cukup serius dan setiap negara berkembang harus melakukan proses
perubahan ke arah modernisasi dengan cara melaksanakan pembangunan di segala
bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pembangunan tersebut membawa
kemajuan. Sering pada bidang-bidang tertentu bisa juga mengalami kemunduran.
Faktor-faktor yang membuat pembangunan di suatu negara mengalami kemajuan di
antaranya:
1.
Masyarakat mampu
menerima adanya suatu perubahan dengan segala resikonya.
2.
Masyarakat harus
menyadari bahwa perubahan tersebut memang sengaja dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri.
Dikarenakan
negara berkembang adalah negara yang sedang membangun menuju negara modern, di
dalamnya terdapat suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang
dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial dan budaya
sebagai pendukung keberhasilannya.
Hanya dengan perubahan
melalui pembangunan akan diperoleh suatu kemajuan yang akan meningkatkan taraf
kehidupan. Apabila mengalami kemunduran, berarti masyarakat kurang siap
menerima perubahan yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
1.
Terlalu banyak kekuatan
dominan yang tidak menyetujui adanya perubahan.
2.
Terjadinya
revolusi yang mengakibatkan masyarakat mengalami disorganisasi.
3.
Perubahan yang
terlalu cepat karena terjadi bencana alam (bagi negara yang sedang tertimpa
bencana).
4.
Dalam negara
yang dijajah, pihak penjajah memaksakan perubahan.
Oleh karena
itu, pembangunan di negara berkembang
harus dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain adalah untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan di atas, secara umum permasalahan yang dihadapi oleh
negara berkembang seperti yang terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
adalah tingkat kehidupan yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan
pertumbuhan populasi serta tanggungan beban yang tinggi.
Melihat berbagai
permasalahan yang dihadapi Indonesia diharapkan perlunya upaya mengatasi
masalah yang ada agar negara Indonesia dapat bersaing dalam
perekonomianInternasional dan bersaing dengan negara-negara maju. Adapun
berbagai solusi yangdiharapkan mampu mengatasi permasalahan perekonomian di
negara berkembang:
1.
Meningkatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia agar penduduk
asli tidak hanya menjadi pekerja kasar dalam mengelolola sumber daya alam yang
dimiliki sehingga mereka tidak hanya menjual barang mentah melainkan mampu
mengubah barang mentah menjadi barang jadi/setengah jadi agar pada akhirnya
dapat meningkatkan nilai jual dan mampu bersaing di pasaran sehingga tidak
kalah dari produk luar.
2.
Perlu adanya
kebijakan dari Pemerintah yang dapat mendorong kemajuan ekonomi, misalnya
dukungan dari pemerintah, dengan adanya program UKM (Usaha Kecil danMenengah)
yaitu program yang dapat membantu masyarakat yang ingin berwirausaha tetapi
tidak memiliki modal yang cukup.
3.
Mengurangi
ketergantungan terhadap pihak asing agar seluruh hasil sumber daya alam yang
dikelola, keuntungannya dapat dinikmati sepenuhnya sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
4.
Menciptakan
iklim investasi yang baik, apabila ada investor ingin berinvestasi sebaiknya
tidak dihambat dalam hal perijinan karena hal ini membuat para investor akan
berfikir dua kali untuk berinvestasi.
5.
Revitalisasi
pembagian keuntungan perusahaan asing
terhadap indonesia Ketika perusahaan asing melakukan kerjasama terhadap
Indonesia, keuntungan yang didapatkan harus seimbang, dalam arti tidak ada yang
lebih diuntungkan pada satu pihak. Saat ini, perusahaan-perusahaan asing yang
ada di Indonesia lebih kepada eksploitasi pada sumber daya alam dan keuntungan
yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya revitalisasi pembagian keuntungan[7].
Perencanaan Pembangunan
ekonomidi negara-negara berkembang:
1.
Kegagalan Pasar
Pasar di
berbagai nengara berkembang masih banyak kelemahan dan kekurangan, baik aspek
struktural mamupun fungsionalnya. Pasar komoditi seringkali tidak di
organisasikan secara memadai dan distorsi harga seringkali terjadi sehingga
para produsen dan konsumen terpaksa menanggapi
isyarat dan insentif ekonomi yang sesungguhnya kurang menggambarkan
nilai yang sesungguhnya atas sege nap barang, jasa dan faktor produksi yang ada
di masyarakat tersebut. Inilah alasan yang menjadi landasan pembenaran
pemerintah memegang peranan sentral dalam
mengitegrasikan pasar dan memodifikasi harga. Lebih dari itu, kegagalna
pasar dalam menetapkan faktor produksi
juga dianggap sebagai peneyebab terjadinya ketimpangan atau diparatis yang
besar antara nilai sosial dan pribadi atas setiap alternatif proyek investasi.
Jadi menurut logika ini, tanpa adanya campur tangan pemeirntah, maka pasar akan
terus mengakibatkan misalokasi penggunaan alat-alat sumber daya sekarang dan
masa-masa yang akan datang, atau paling tidak akan menyuburkan pola alokasi
sumber daya yang tidak memperhatikan kepentingan sosial (bila ditinjau dari
perspektif jangka panjang).
2.
Mobilisasi dan
Alokasi Sumber Daya
Perekonomian di
negara-negara dunia ketiga pada umunya tidak banyak memilki sumber daya
berharga, sehingga mereka jelas tidak bisa menghambur-hamburkan sumber-sumber
daya keiangan dan tenaga kerja terampil yang sangat langka itu guna melakukan
berbagai macam usaha yang tidak produktif. Investasi proyek harus dipilih
secara cermat, bukan semata-mata berdasarkan analisis produktivitas industri
parsial seperti yang biasa dilakukan oleh rasio modal output, akan tetapi juga
harus dikaitkan dengan program dan tujuan inti pembangunan secara
keseluruhan. Itu berarti pemilihan
proyek investasi di negara-negara
berkembang juga harus senantiasa memperhatikan pengaruh ekonomi eksternal,
reperkusi yang tidak langsung dan tujuan-tujuan pemmbangunan jangka panjang.
Tenaga kerja terampil harus digunakan pada tempat yang sumbangannya akan
maksimal. Dalam konterks inilah maka pranata perencanaan emkonomi dinggap dapat
membantu memodifikasi pengruh negatif dari terbatasnya sumber-sumber daya yang
ada, karena melalui perencanaan akan lebih nampak segala macam kendala khusus
dalam proses pemilihan dan koordinasi investasi pada proyek-proyek investasi
yang ada. Dengan demikian, melalui perencanaan amat diharapkan akan berlangsung
penyaluran faktor-faktor produksi langka ke tempat-tempat yang paling
produktif.
3.
Dampak Perilaku
atau Psikologis
Seringkali
dikemukakan bahwa suatu pernyataan formal secara terinci mengenai tujuan
ekonomi dan sosial nasional dalam dokumen perencanaan pembangunan dapat
menimbulkan dampak perilaku atau psikologis terhadap penduduk dari negara yang
bersangkutan, meskipun penduduk tersebut jauh dari homogen. Pernyataan formal
itu bisa diletakkan dalam kerangka kampanye nasional untuk dukungan rakyat bagi
pemerintah dalam upayanya mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan wabah
penyakit. Dengan dampak yang dapat memobilisasi dukungan masyarkat luas dan
menghilangkan kelas-kelas, kasta, rasial, agama dan golongan kesukuan serta
mendorong seluruh warga negara untuk bekerja sama dalam membangun negara, maka
bertambah lagi .alsan pemerintah pusat pada setiap negara untuk menggunakan
pranata perencanaan ekonomi. Melalui rencan ekonomi pemerintah juga dapat
menciptakan insentif-insentif yang terbukti memecah belah kekuatan dan potensi
bangsa dalam rangaka mengejar
kemajuan-kemajuan sosial baik secara materiil dan sosial yang lebih besar lagi.
4.
Bantuan Luar
Negeri
Adanya perumusan
rencana pembangunan secara terinci yang disertai dengan target output sektoral
dan investasi proyek yang dirancang secara hati-hati, acapkali merupakan syarat
yang harus dipenuhi pemerintah dari suatu negara dunia ketiga untuk memperoleh
bantuan bilateral dan multilateral. Dalam kenyataannya, bawhwa ada sementara
pengamat yang memberi pendapat, bahwa alasan yang sesungguhnya mengapa
negara-negara yang sedang berkembang bertumpu pada serangkaian rencana
pembangunan adalah untuk mendapatkan bantuan luar negeri yang lebih banyak
lagi. Dengan mengjukan daftar belanja proyek yang tersusun rapi, pemerintah
negara-negara dunia ketiga lebih berpeluang untuk mengumpulkan bantuan luar
negeri dan meyakinkan para donor bahwa uang mereka akan digunakan untuk hal-hal
yang benar, penting dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang cermat dan
konsisten.
Terlepas dari
sangat beragmanya teknik-teknik perencanaan dan penyusunan rencana pembangunan,
ada sejumlah ciri dasar tertentu atas perencanaan komprehensif dari kebanyakan
negara berkembang. Tony Killick telah merinci enam karakteristik di bawah ini
ayng merupakan ciri umum tersebut:
1.
Dimulai dari
kesamaan pandangan politik dan tujuan pemerintah. Pemerintah di negara-negara
berkembang selalu berupaya menetapkan tujuan kebijakan terutama yang berkaitan
dengan pembangunan ekonomi di masa-masa mendatang.
2.
Suatu rencana
pembangunan biasanya mengandung suatu strategi untuk mencapai tujuan tersebut
yang lazimnya dijabarkan menjadi target-target yang bercakupan spesifik.
3.
Rencana
pembangunan tersebut berupaya menyajikan suatu koordinasi terpusat dan
konsisten terhadap prinsip dan kebijakan dasar, pilihan tindakan optimal dalam
melaksanakan strategi tiu guna mencapai target-targetnya, hingga secara
keseluruhan rencana pembangunan tersebut akan dapat digunakan sebagai kerangka
kerja atau pedoman untuk mengarahkan keputusan sehari-hari selanjutnya.
4.
Perncanaan
tersebut mencakup seluruh aspek atau faktor perekonomian (karena itulah disebut
“komprehensif” untuk menggantikan istilah perencanaan “kolonial” atau “sektor
publik” yang tidak populer itu).
5.
Untuk menmjamin
optimalitas dan konsistensinya, rencana pembangunan yang komprehensif lebih
banyak menggunakan model-model makroekonomi yang sedikit banyak bersifat formal
(biasanya tidak dipublikasikan secara massal) untuk memproyeksikan kinerja
ekonomi di masa-masa yang akan datang.
6.
Suatu rencana
ekonomi biasanya mencakup periode tertentu, katakanlah 5 tahun dan dikaitkan
dengan dokumen rencana jangka panjang, serta disemrtai dengan rencan-rencana
tahunan[8].
G.
Strategi
Pembangunan Indonesia Pengangguran Dan Inflasi
1.
Strategi
Pembanguanan di Indonesia
Strategi
pembangunan di Indonesia tidak mengenal perbedaan strategi yang ekstrem.
Sebagai contoh selain strategi pemerataan pembangunan, Indonesia tidak
mengesampingkan strategi pertumbuhan dan strategi yang berwawasan ruang
(terbukti dengan dibaginya wilayah Indonesia dengan berbagai wilayah
pembangunan I, II, III dan seterusnya). Periode ini kemudian disusul dengan
periode Repelita dan dalam setiap Repelita, khususnya sejak Repelita II,
strategi pembangunan ekonomi yang diberlakukan di Indonesia adalah strategi
yang mengacu pada pertumbuhan yang sekaligus berorientasi pada keadilan
(pemerataan), menghapus kemiskinan, dan juga keadilan (pemerataan) antar
daerah. Pembagian wilayah pembangunan ini tidak didasarkan pada pembagian
secara adminstratif politis yang ada.
a. REPELITA
I
Meletakkan titik berat pada sektor
pertanian dan industri yang mendukung
sektor pertanian meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
b. REPELITA
II
Meletakkan titik berat pada sektor
pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
c. REPELITA
III
Meletakkan titik berat pada sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah
bahan baku menjadi barang jadi meletakkan landasan yang kuat bagi tahap
selanjutnya.
d. REPELITA
IV
Meletakkan titik berat pada sektor
pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri,baik
industri ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya
dan meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
2.
Pengangguran
dan Inflasi
Pengangguran
telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara sedang
berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan
besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Masalah pengangguran juga dialami oleh negara-negara maju akan
tetapi permasalahan pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah
terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan
dengan pasang surutnya Busines Cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan
investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara
tersebut.
Akibat krisis
finansial yang memporak-porandakan perekonomian di Indonesia, banyak pengusaha
yang bangkrut karena dililit hutang bank atau hutang ke rekan bisnis sehingga
begitu banyak pekerja atau buruh pabrik yang terpaksa di PHK oleh perusahaan
karena perusahaan harus mengurangi besarnya cost yang dipakai untuk membayar
gaji para pekerjanya. Hal inilah yang yang menjadi salah satu faktor terjadinya
pelonjakan angka pengangguran dalam waktu yang relatif singkat (ledakan
pengangguran). Ledakan pengangguran yang terjadi di indonesia berawal sekitar
tahun 1997 akhir atau 1998 awal dikarenakan terjadinya krisis moneter yang
hebat melanda asia khususnya asia tenggara yang mendorong terciptanya
likuiditas ketat sebagai reaksi terhadap gejolak moneter. Di Indonesia
kebijakan likuidasi atas 16 bank akhir november 1997 membuat sekitar 8.000
karyawannya menganggur.
Dan dalam waktu
yang tidak lama 7.196 pekerja dari 10 perusahaan juga terkena PHK. Ditambah
lagi diawal tahun 1998 1,4 juta pengangguran menambah daftar permasalahan yang
harus segera ditanggulangi oleh pemerintah Indonesia (Andreas, 2001).
Selama periode
2004-2009, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkanantara 4,5 persen sampai
6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu diperkirakan hanya dapat menyerap
angkatan kerja baru sekitar satu sampai satu setengah juta pekerja saja. Pada
masa lalu, setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen mampu menyerap sekitar
400.000 pekerja. Namun, pada saat ini diperkirakan hanya mampu menyerap
sebanyak 250.000 sampai 300.000 pekerja baru. Sementara angkatan kerja baru
setiap tahun bertambah 2,5 juta orang. Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan
masih bertambah dari 207 juta jiwa pada tahun 2004 menjadi 220 juta jiwa pada
tahun 2009, sementara tingkat pengangguran pada tahun 2009 sekitar 8 persen
dari seluruh angkatan kerja yang ada.
Ketidakstabilan
ekonomi yang terjadi tidak hanya terkait oleh masalah pengangguran saja tetapi
masalah inflasi juga merupakan masalah yang sangat penting yang harus dihadapi
oleh semua negara didunia ini. Bahkan, peran bank sentral di berbagai negara di
dunia ini sudah identik dengan bank sentral yang mengadopsi target inflasi baik
secara implisit maupun eksplisit. Inflasi sering menjadi target kebijakan
pemerintah karena inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan
karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi pada mulanya
senantiasa diidentikkan dengan pencetakan uang yang terlalu banyak, yang
menyebabkan bertambahnya pasokan jumlah uang beredar menjadi lebih banyak. Hal
itu dapat menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Oleh karena itu inflasi
didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga secara umum. Definisi itu sebagai
kebalikan dari kenaikan harga hanya satu atau dua komoditi saja (Humphreys,
1997).
Pengalaman
krisis demi krisis yang menimpa ekonomi dunia dalam satu abad terakhir ini
seharusnya telah menyadarkan kepada kita bahwa masalah inflasi telah berkembang
menjadi persoalan yang semakin kompleks. Diawali dengan terjadinya malapetaka
yang besar (the great depressions) pada tahun 1930-an, kemudian disusul dengan
terjadinya krisis Amerika Latin pada dekade 1980-an, akhirnya muncul kembali
pada krisis moneter di Asia pada pertengahan tahun 1997-an, adalah pengalaman
ekonomi dunia dengan tingginya inflasi (hyper inflation) yang sangat merusakkan
sendi-sendi ekonomi (Triono, 2006).
Inflasi yang
tinggi penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang
bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lamban dan
pengangguran yang senantiasa meningkat. Berkenaan dengan hal tersebut, upaya
untuk mengendalikan agar stabil begitu penting untuk dilakukan. Menurut Chapra
(2000), jika kita hendak melakukan pengobatan, maka tidak akan ada pengobatan
yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus utama masalah.
Kesalahan yang
umumnya dilakukan adalah bahwa pengobatan hanya dilakukan pada symtom (gejala)
saja, bukan secara causatic (sumber masalah). Contoh penyelesaian masalah yang
hanya sampai kepada gejala adalah: penyelesaian krisis ekonomi dengan hanya
melihat ketidakseimbangan anggaran, ekspansi moneter yang berlebihan, defisit
neraca pembayaran yang terlalu besar, naiknya kecenderungan proteksionis, tidak
memadainya bantuan asing dan kerja sama internasional yang tidak mencukupi dan
sebagainya. Akibatnya, penyembuhannya hanya bersifat sementara, seperti
obat-obatan analgesik, mengurangi rasa sakit hanya bersifat sementara. Beberapa
saat kemudian, krisis muncul kembali, bahkan lebih mendalam dan serius (Chapra
2000).
Sebelum kita
berbicara mengenai solusi yang harus dilakukan untuk dapat mengendalikan
inflasi terlebih dahulu kita harus melihat kembali, mengapa pengendalian
inflasi yang diberikan ekonomi konvensional senantiasa mengalami kebuntuan?
Jawabnya tidak lain adalah, bahwa kebijakan ekonomi yang disandarkan pada teori
ekonomi konvensional tidak pernah memberikan penyelesaian yang bersifat tuntas[9].
[1] Prayitn, Hadi, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Penerbit
Ghalia Indonesia, 2012), 14
[2] Hasan Asc, “Makalah Pertumbuhan
dan Pembangunan Ekonomi”, dalam http://hasanacs00.blogspot.com/2014/09/makalah-pembangunan-dan-pertumbuhan.html
(19 september 2014)
[3] Ibid, 17
[4] Pobersonic, “Indikator
Pertumbuhan / Growth dan Pembangunan / Development Ekonomi Indonesia”, dalam https://pobersonaibaho.wordpress.com/2012/03/26/indikator-pertumbuhan-growth-dan-pembangunan-development-ekonomi-indonesia/
(26 Maret 2012)
[5] Wahyoe Nengseh, “Permasalahan
Pembangunan di Negara Sedang Berklembang”, dalam
http://fatmawahyuningsih.blogspot.com/2013/01/permasalahan-pembangunan-di-negara-yang_25.html (25Januari 2013)
[8] P. Todaro, Michael, Pembangunan
Ekonomi(edisi ke-5, cetakan 1&2), (Jakarta: Bumi Aksara. 2000), 47
[9] Arsyad Lincolin, Ekonomi
Pembangunan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), 83