BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perilaku
konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan
berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang
kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen,
serta kebijakan umum.
Sebelum Perang
Dunia II, banyak perusahaan, tetapi berorientasi pada produksi yang
mencerminkan filosofi bahwa “produk yang baik akan menjual diri sendiri”. Namun
persoalannya berubah sesudah perang, ketika banyak perusahaan mendapatkan bahwa
mereka memiliki kapasitas yang lebih produktif daripada yang diserap pasar.
Segera menjadi penting sekali untuk mengubah focus dari produksi ke pemasaran.
Elemen kunci
dala definisi ini adalah pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Masing-masing
pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan memenuhi
kebutuhan mereka masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang
ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Perhatikan bahwa
pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut. Semua yang dilakukan
penyuplai dalam hal produk, harga, promosi dan distribusi diadaptasikan dengan
permintaan pasar. Oleh karena itu pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada
semua yang dilakukan perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku
konsumen memiliki akar utamanya di dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru,
dalam bidang pemasaran. Dalam makalah ini menyajikan pembahasan tentang teori
dasar perilaku konsumen.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di paparkan, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa pengertian
teori perilaku konsumen?
2.
Bagaimana pendekatan
teori perilaku konsumen?
3.
Apa saja macam-macam
perilaku konsumen?
4.
Apa saja prinsip-prinsip
dasar dalam analisis perilaku konsumen?
5.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen?
6.
Bagaimana
hubungan pemasaran dan perilaku konsumen?
7.
Bagaimana
keputusan pembelian konsumen?
8.
Bagaimana tipe
proses pembelian konsumen?
9.
Apa manfaat
perilaku konsumen?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan ini guna memecahkan perumusan
masalah. Maka tujuan penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
pengertian teori perilaku konsumen.
2.
Untuk mengetahui
pendekatan teori perilaku konsumen.
3.
Untuk mengetahui
macam-macam perilaku konsumen.
4.
Untuk mengetahui
prinsip-prinsip dasar dalam analisis perilaku konsumen.
5.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
6.
Untuk mengetahui
hubungan pemasaran dan perilaku konsumen.
7.
Untuk mengetahui
keputusan pembelian konsumen.
8.
Untuk mengetahui
tipe proses pembelian konsumen.
9.
Untuk mengetahui
manfaat perilaku konsumen.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah
pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari
konsumsi di antara yang paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor,
makanan, dan perawatan medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan
yang dapat diramalkan dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka
antara makanan, pakaian dan hal-hal pokok lainya.
Konsumen adalah
seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Saat ini konsumen begitu
dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan.
Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan
era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang
seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen,
konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan. Oleh karena itu perusahaan
perlu mengerti bagaimana konsumenya berperilaku[1].
Perilaku
konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan
dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian.
Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang
terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan
pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi
(penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk
setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang
dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat
merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang
berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator,
influencer, buyer, payer atau user. Dalam upaya untuk lebih memahami
konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen,
perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki
kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi,
psikografi, dan perilaku[2].
Jika dilihat
dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang maka dapat dibedakan
mejadi dua :
1.
Perilaku
Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan
rasional jika memerhatikan hal-hal berikut :
a. Barang
tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
b. Barang
tersebut benar-benar diperlukan konsumen
c. Mutu
barang terjamin
d. Harga
sesuai dengan kemampuan konsumen
2. Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan
tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan
kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :
a. Tertarik
dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik
b. Memiliki
merk yang sudah dikenal banyak konsumen
c. Ada
bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon
d. Prestise
atau gengsi
B.
Pendekatan
Teori Perilaku Konsumen
Terdapat dua
pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan niali guna
(utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali
guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai
jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang
tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan) kepuasan
sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang
tertentu.
1.
Pendekatan
Kardinal
Pendekatan
konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau
utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek
yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna
suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.
Pendekatan
kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari
suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang
subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain
dengan orang lain.
Pendekatan ini
merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif
dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras.
Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan
tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.
Dalam pendekatan
ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu
hokum Gossen.
a. Hukum
Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka
kepuasanya akan semakin menurun.
b. Hukum
Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai
mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio
antara marginal utility dengan harga dari barang yang satu dengan
rasio marginal utility dengan harga
barang yang lain.
Hipotesis
utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal
yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan satu barang
akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus
menambah konsumsinya pada barang tersebut.
Grafik
Nilai Guna Total Dan Marginal
Nilai Guna
Marginal
Dalam
hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna adalah jika
konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut:
a. Seseorang
akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila
perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan
perbandingan harga-harga barang tersebut.
b. Seseorang
akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila
nialu guna marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk
setiap barang yang dikonsumsikan.
Dalam pendekatan
teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal terdapat sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut
beberapa asumsi dari pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah:
a. Daya guna
diukur dalam satuan uang/util.
b. Konsumen
bersifat rasioanal, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan
batasan pendapatanya.
c. Diminishing
marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin
menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut.
d. Pendapatan
konsumen tetap.
e. Constan
marginal utility of money (daya guna marginal dari uang tetap)
f. Total
utility adalah additive (melengkapi) dan independent (sendiri atau tidak
terikat)
g. Barang
normal dan periode konsumsi berdekatan
Walaupun pendekatan ini telah berhasil menyusun
formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi pendekatan ini masih dianggap
mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan ini
antara lain:
a. Sifat
subyektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.
b. Constan marginal
utility of money, semakin banyak memiliki uang maka penilaian
terhadap uang itu semakin rendah.
c. Diminishing
marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma,
sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.
2.
Pendekatan
Ordinal
Dalam pendekatan
Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan
konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari
mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah
semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen.
Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva
Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam
barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget
line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda
yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Kurva Indeferensial (Indefferent Curve)
Kurva Anggaran
Pengeluaran
Dengan
menggunakan kedua kurva ini akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai
kepuasan yang maksimum apabila garis
anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan yang peling tinggi.
Di mana persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini akan
menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, beararti konsumen akan
mencapai kepuasan yang maksimum, keadaan ini terkenal dengan sebutan garis
keseimbangan konsumen. Dengan demikian, pemaksimuman kepuasan yang digambarkan
adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan
sejumlah pendapatan tertentu.
Seperti halnya
pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori
tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi
yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal
ini adalah:
1. Konsumen Rasional
2. Konsumen mempunyai pola preferensi
terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
4. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan
maksimum
5. Konsumen konsisten
6. Berlaku hukum transitif[3]
C.
Macam-Macam
Perilaku Konsumen
1.
Teori Ekonomi
Mikro
Teori ini
beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal.
Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila
memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.
2.
Teori Psikologis
Teori ini
mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam
menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara
langsung.
3.
Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok
masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas
sosial dan sebagainya[4].
D.
Prinsip-Prinsip
Dasar Dalam Analisis Perilaku Konsumen
1.
Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan. Adanya kelangkaan dan terbatasnya
pendapatan memaksa orang menetukan pilihan agar pengeluaran senantiasa berada
dianggaran yang sudah di tetapkan, meningkatkan konsumsi suatu barang atau jasa
harus disertai dengan pengurangan konsumsi pada barang atau jasa yang lain.
2.
Konsumen mampu membandingkan biaya dengan manfaat. Jika dua barang member
manfaat yang sama konsumen akan memilih yang biayanya lebih kecil. Disisilain,
bila untuk memperoleh dua jenis barang dibutuhkan biaya yang sama, maka konsumen
akan memilih barang yang memberi manfaat lebih besar.
3.
Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat. Saat
membeli suatu barang bisa jadi manfaat yang di peroleh tidak sesuai dengan
harga yang harus di bayarkan: segelas kopi starsbuck, miasalnya, ternyata
terlalu pahit untuk harga Rp. 40.000,- percangkir. Lebih nikmat kopi tubruk di
warung kopi yang Rp. 3000,- pergelasnya. Pengalaman tersebut akan menjadi
informasi bagi konsumen yang akan mempengaruhi keputusan konsumsinya mengenai
kopi di masa yang akan dating.
4.
Setiap barang dapat di distribusi dengan barang lain. Dengan demikian
konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara.
5.
Konsumen tunduk terhadap hukum berkurangnya tambahan kepuasan (the law of
diminishing marginal utility). Semakin banyak jumlah barang yang di konsumsi,
semakin kecil tambahan kepuasan yang dihasilkan. Jika untuk setiap tambahan
barang di perlukan sebesar harga barang tersebut (p), maka konsumen akan
berhenti membeli barang tersebut manakala manfaat tambahan yang di perolehnya
(MU) sama besar dengan tambahan biaya
yang harus di keluarkan[5].
E.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Memahami konsumen dan proeses konsumsinya memberikan berbagai keuntungan
antara lain: membantu manager dalam membuat keputusan, memberikan dasar
teoritis bagi peneliti dalam menganalisa konsumen, membantu legislatif dan
pemerintah dalam menyusun undang-undang dan membuat keputusan, dan membantu
konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik. Lebih dari itu studi tentang
konsumen dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang faktor-faktor
psikologi, sosiologi, dan ekonomi yang mempengaruhi perilaku manusia.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari
pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan
psikologi dari pembeli.
1.
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya,
subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar,
persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota
masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya – subbudaya yang lebih kecil
yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok
nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan
lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan
oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
2.
Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok
kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai sasaran individu atau bersama.
Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah
organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan
pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga,
klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat
diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
3.
Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta
kepribadian dan konsep diri pembeli.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.
Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam
siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau
transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha
mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas
rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi
ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya,
stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang
mudah dijadikan uang ).
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang
secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang
yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.
Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam
menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat
diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian
tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
4.
Faktor Psikologis
Pemilihan barang
yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis,
yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan.
Motivasi
merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara
untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik,
kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa
lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain
bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis
tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan
diterima.
Persepsi
didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,
mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti
dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang
sama karena adanya tiga proses persepsi:
a.
Perhatian yang
selektif
b.
Gangguan yang
selektif
c.
Mengingat
kembali yang selektif
Pembelajaran
menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.
Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
5.
Faktor Marketing
Strategy
Merupakan
variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberi tahu dan
mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah:
1.
Barang
2.
Harga
3.
Periklanan
4. Distribusi
yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan
Pemasar harus
mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran
dalam pengembangan pemasaran. Pemasar memberikan informasi kepada organisasi
pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek,
dan sikap terhadap pilihan merek.
Strategi
pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen
telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan
sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan
belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah,
evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan
berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan
balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti
rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi
informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli
atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif
terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini
untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian
dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk
merumuskan kembali strategi pemasaran ke arah pemenuhan kebutuhan konsumen yang
lebih baik[6].
F.
Hubungan
Pemasaran dan Perilaku Konsumen
Pengertian
Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan,
baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Pengertian
tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari
kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang/jasa kepada
pembeli secara individual maupun kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut
beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber dari perusahaan
itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial perusahaan.
Pengertian pemasaran menurut Kotler,
pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran
merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing
pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap
menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan
pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and
idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi,
hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara
dan keberhasilan perusahaan terhadap pemasarannya, yaitu:
1.
Lingkungan
Eksternal Sistem Pemasaran. Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan,
misalnya kebebasan masyarakat dalam menerima atau menolak produk perusahaan,
politik dan peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta
munculnya pesaing.
2.
Variabel
Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat dikendalikan oleh perusahaan,
terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran (kemampuan produksi,
keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran pemasaran yang meliputi:
produk, harga, promosi, dan distribusi.
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa
termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dkk., 1997).
Perilaku
konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan
seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat
membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran
perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan
melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing. Peran yang
dilakukan tersebut adalah:
1.
Initiator,
adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu.
2.
Influencer, adalah
individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai
kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak.
3.
Decider, adalah
yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana
membelinya.
4.
Buyer, adalah
individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya.
5.
User, yaitu
individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli. Banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk.
Manajemen perlu mempelajari
faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis,
sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk
tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan
faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk,
harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa
aspek lain dari program pemasaran perusahaan[7].
G.
Keputusan
Pembelian
Keputusan
seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia,
pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses
pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian.
Menurut Kotler
ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan pembelian,
anatara lain:
1.
Pengenalan
Masalah
Merupakan faktor
terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali
suatu masalah atau kebutuhan.
2.
Pencarian
informasi.
Seorang selalu
mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan
tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka
konsumen akan bersedia untuk membelinya.
3.
Evaluasi
Alternatif
Konsumen akan
mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti
terhadap produk yang akan dibelinya.
4.
Keputusan
Pembeli
Setelah konsumen
mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk
membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di
antara beberapa merek yang tersedia.
5.
Perilaku
Pascapembelian
Setelah membeli
produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas
pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode
pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan
pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
Tahap-tahap pada
proses kegiatan dalam suatu pembelian digambarkan oleh kotler (2008:235)
seperti berikut:
Gambar proses
tesebut didasarkan pada anggapan bahwa konsumen akan melakukan keseluruhan lima
tahap untuk setiap pembelian yan mereka lakukan pada situasi tertentu saja.
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan
pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling
disukai. Ada dua faktor yang berada di antara niat pembelian dan keputusan
pembelian.
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi
alternatif yang disukai oleh seseorang akan bergantung pada dua hal:
1.
Intensitas sikap negatif orang lain
terhadap alternatif yang disukai konsumen.
2.
motivasi konsumen untuk menuruti
orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang
dapat muncul dan mengubah niat pembeliannya[8].
H.
Tipe
Proses Pembelian Konsumen
Setiap konsumen
melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan
beragam produk, dan merk pada setiap periode tertentu. Berbagai macam aktivitas
kehidupan seringkali harus dilakukan oleh setiap konsumen pada setiap hari.
Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari
bahwa mereka telah mengambil keputusan.
Pengambilan
keputusan konsumen berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan pembelian. Assael
(2001:25) membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek-merek.
1.
Proses Complex
Decision Making
Terjadi bila
keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh
pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau
keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif
mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa
merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi
untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan
tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat
penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi
yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
Perilaku
pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, pembeli
mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, pembeli membangun sikap
tentang produk tersebut. Ketiga, pembeli membuat pilihan pembelian yang cermat.
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat terlibat
dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan besar di antara
merek. Perilaku pembelian yang rumit itu sering terjadi bila produknya mahal,
jarang dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan diri.
2.
Proses Brand
Loyalty
Kadang-kadang
konsumen sangat terlibat dalam sebuah pembelian namun melihat sedikit perbedaan
di antara berbagai merek. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa
pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan berisiko. Dalam kasus ini,
pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli
dengan cukup cepat, barangkali pembeli sangat peka terhadap harga atau terhadap
kenyamanan berbelanja.
Ketika pilihan
berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek yang
memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau
sereal Kelloggs Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting
untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga,
makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek
muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan
evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen
memutuskan membeli merek yang sama.
3.
Proses Limited
Decision Making
Banyak produk
dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya
perbedaan merek yang signifikan. Mereka pergi ke toko dan mengambil merek
tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena
kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merek yang kuat. Terdapat bukti yang
cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian sebagian
besar produk yang murah dan sering dibeli.
Konsumen
kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan
kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu
dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan
terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan
evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses
pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi
ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya
dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah,
konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain
sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
4.
Proses Inertia
Beberapa situasi
pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun perbedaan merek
yang signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering melakukan peralihan merek.
Tingkat
kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan.
Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada
merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk
mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan
pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan
kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang
melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek
tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu[9].
I.
Manfaat
Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen sangat beragam tergantung pada pemanfaat atau pengguna. terdapat dua
kelompok pemanfaat: kelompok peneliti (riset) dan kelompok yang berorientasi
implementasi (Peter dan Olson, 1999). Peran perilaku konsumen bagi pemasar atau
produsen adalah mampu:
1.
Membujuk konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan.
2.
Memahami konsumen dalam berperilaku, bertindak dan berpikir, agar pemasar
atau produsen mampu memasarkan produknya dengan baik.
3.
Memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan, sehingga
pemasar atau produsen dapat merancang strategi pemasaran dengan baik.
Pentingnya Produsen Mengamati Perilaku Konsumen:
Produsen adalah orang yang
melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan suatu barang produksi yang akan
dijual kepada konsumen dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya
dari barang yang diproduksinya. Produsen mempelajari perilaku konsumen untuk
mengetahui produk apa yang sedang dibutuhkan konsumen, yang tidak disukai
konsumen serta untuk menentukan harga produksi yang mampu dibeli oleh konsumen.
Produsen dapat mengetahui tentang apa yang sedang diminati konsumen sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada. Sehingga produsen dapat memprediksikan
berapa kuantitas barang yang akan diproduksi sesuai dengan keadaan pasar agar
produsen tidak mengalami kerugian. Dengan demikian, strategi pemasaran yang
diterapkan oleh produsen menjadi lebih tepat. Pada saat ini, produk-produk yang
beredar di pasaran sangatlah banyak sehingga konsumen bebas memilih barang yang
akan mereka beli untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun demikian, produsen
tidak bisa mengendalikan konsumen dalam hal produk yang harus dibeli oleh
konsumen. Konsumen yang memegang kendali produk apa yang seharusnya diproduksi
oleh produsen. Oleh karena itu, produsen harus berfokus pada konsumen karena
konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan. Untuk mempelajari semua hal
tentang itu, maka diperlukan sebuah studi tentang perilaku konsumen.Produsen
harus mampu membujuk konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan atau
dipasarkan.
Selain itu peran perilaku
konsumen terhadap para produsen adalah bagaimana produsen dapat memahami cara
konsumen dalam mengambil keputusan sehingga produsen dapat merancang strategi
dengan baik. Dengan kata lain produsen harus mengetahui keadaan pasar dan
konsumen. Dimana konsumen selalu menginginkan sesuatu yang murah tetapi
nilainya efektif. Permintaan konsumen bermacam-macam tergantung dengan
kebutuhannya. Seorang produsen haruslah jeli menentukan strategi apa yang tepat
agar produknya dapat terjual. Tentunya produk tersebut haruslah sesuai dengan
yang diharapkan oleh konsumen. Seorang produsen juga melihat keadaan pasar
sehingga mengerti adanya persaingan dan bisa menentukan bagaimana strategi
produksinya. Kajian perilaku konsumen mempelajari bagaimana strategi melihat
keadaan pasar dan kebutuhan konsumen[10].
[1] Miniard Paul W, Perilaku
Konsumen, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1994), 10
[2] Asep Rizal, “Teori Perilaku
konsumen”, dalam
http://fatiamnisa.blogspot.com/2013/11/makalah-teori-perilaku-konsumen.html (06
November 2013)
[3]
Samuelson dan Nordhaus, Ilmu Makro Ekonmi,
(Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2004), 63
[5] Ibid, 35
[6] Muthia Dewi Pitaloka, “Konsep
Dasar Perilaku Konsumen”, dalam http://muthiadewi28.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-perilaku-konsumen-dalam.html
(06 Oktober 2011)
[7] Ibid, 18
[9] Meyta Pjt, “Tugas Makalah
Perilaku Konsumen”, dalam http://meitauntuksemua.blogspot.com/2014/01/tugas-makalah-perilaku-konsumen.html
(22 Januari 2014)
[10] Kharisma Amelia, “Produsen Perlu
Mengamati Perilaku Konsumen”, dalam http://karismameliaa.blogspot.com/2014/01/mengapa-produsen-perlu-mengamati.html?m=1
(22 Januari 2014)
Casino Junket Resort Spa and Spa Launches in New Jersey
BalasHapusThe casino and 구리 출장안마 hotel, 포천 출장샵 which opened in 경산 출장안마 2002 as the Casino Junket in New Jersey, is expanding in 화성 출장안마 its 태백 출장샵 state as a result of the COVID-19 pandemic