MAKALAH
Menjalankan Pemasaran
Kualitas Total (TQM)
Di
ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
“
Manajemen Pemasaran “
Dosen
Pembimbing :
Misbahul
khoir, S.E., M.E.I.
Di
Susun Oleh :
Afirul
Murdifin
Ida
Nur Diana
Uswatun
Khoiroh
PROGAM
STUDY EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM LAMONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT., yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa Universitas Islam
Lamongan agar lebih mendalami materi mata kuliah Manajemen Pemasaran. Dalam
makalah ini, kelompok kami menyajikan materi tentang “Menjalankan Pemasaran Kualitas
Total (TQM)”. Dengan
selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan saran dan kritikan baik secara langsung maupun
tidak langsung mengenai isi materi dan penulisannya.
Penulis berharap makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi pada kehidupan kita sehari-hari yang
berkaitan tentang ekonomi. Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan dengan hati
terbuka penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya makalah ini.
Lamongan, 22 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................
i
Daftar
Isi................................................................................................................. ii
BAB
I PEMBUKAAN
- Latar Belakang............................................................................................
1
- Rumusan Masalah.......................................................................................
1
- Tujuan.........................................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
- Pengertian Total Quality Management
(TQM) .......................................... 3
- Konsep Total Quality
Management (TQM) ............................................... 4
- Prinsip dan Unsur Pokok Total
Quality Management (TQM) ................... 8
- Faktor-Faktor
Yang Menyebabkan Kegagalan Total Quality Management (TQM)
...................................................................................................... 11
BAB
III PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................................... 14
- Saran......................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Total quality manajemen (TQM) berasal dari kata
“Total” yang berarti keseluruhan atau terpadu, “Quality” yang berarti mutu, dan
“Management” diartikan dengan pengelolaan. Manajemen didefinisikan sebagai
proses planning, organizing, staffing, dan controlling terhadap seluruh
kegiatan dalam organisasi. Dalam pengertian mengenai organisasi Total Quality
Manajemen, penekanan utama adalah pada mutu yang didefinisikan dengan
mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak dari awalnya dengan tujuan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Hal inilah yang melatar belakangi konsep zero
defect. Kesalahan atau cacat (defect) hanya akan terjadi bila sejak dari proses
awal tidak ditekankan masalah mutu. Selain itu, perusahaan harus membayar mahal
bila produk atau jasanya tidak laku karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan atau tidak berorientasi pada kepuasan pelanggan.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
Total Quality Management (TQM)?
2.
Bagaimana konsep
Total Quality Management (TQM)?
3.
Bagaimana
prinsip dan unsur pokok Total Quality Management (TQM)?
4.
Apa-apa
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan Total Quality Management (TQM)?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian Total Quality Management (TQM).
2.
Untuk mengetahui
konsep Total Quality Management (TQM).
3.
Untuk mengetahui
prinsip dan unsur pokok Total Quality Management (TQM)?
4.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan Total Quality Management (TQM).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Total Quality Management (TQM)
Total quality
management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan[1].
Total quality
manajemen dapat di defenisikan dari tiga kata yang di milikinya, yaitu total
(keseluruhan), quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa),
manajemen (tindakan, pengendalian pengarahan). Dapat di defenisikan TQM adalah
sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer
satisfaction) dengan kegiatan yang di upayakan sekali benar melalui perbaikan
berkesinambungan dan memotivasi karyawan.
Adapun
pengertian TQM menurut para ahli:
1.
Santoso 1992,
menyatakan bahwa TQM adalah sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi.
2.
Fandy tjiptono 1996, mendefenisikan TQM adalah
suatu pendekatan dalam menjalan kan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan nya.
Jadi Total
Quality Management merupakan sistem manajemen yang menyangkut kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasaan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi[2].
Dasar pemikiran
perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing
dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang
terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara
terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara
berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.
Penerapan TQM
dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada
gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan.
Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan dapat
meningkatkan labanya melalui dua rute, yaitu:
1.
Rute pasar.
Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya
semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah
kepada penghasilan sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar.
2.
Perusahaan dapat
meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas.
Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba
yang diperoleh akan meningkat.
B.
Konsep
Total Quality Management (TQM)
Manajemen mutu
terpadu (Total Quality Management) merupakan suatu penerapan metode kuantitatif
dan sumber daya manusia untuk memperbaiki dalam penyediaan bahan baku maupun
pelayanan bagi organisasi, semua proses dalam organisasi pada tingkat tertentu
di mana kebutuhan pelanggan terpenuhi sekarang dan di masa mendatang. TQM lebih
merupakan sikap dan perilaku berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan kerja
tim atau kelompoknya. TQM menghendaki komitmen dari manajemen sebagai pemimpin organisasi
di mana komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan dalam semua
level atau departemen dalam organisasi. TQM bukan merupakan program atau
sistem, tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan, dan
ditingkatkan oleh seluruh anggota organisasi atau perusahaan bila organisasi
atau perusahaan tersebut berorientasi pada mutu dan menjadikan mutu sebagai way
of life.
Pengendalian,
sistem, dan teknik-teknik sangat diperlukan dalam penerapan TQM, tetapi
semuanya itu bukan merupakan kebutuhan utama. Yang terpenting dalam penerapan
TQM adalah keterlibatan secara menyeluruh setiap orang dalam organisasi atau
perusahaan tersebut untuk mengubah budaya (culture) yang lama menjadi budaya
baru. Perubahan tersebut antara lain:
1.
Dari kerahasiaan
atau sesuatu yang bersifat selentingan menjadi komunikasi terbuka antar seluruh
anggota organisasi atau perusahaan. Dengan keterbukaan maka kerjasama akan
terwujud, dan dengan keterbukaan, maka kesalahpahaman dapat segera teratasi.
2.
Dari
pengendalian menjadi pemberdayaan. Karyawan tidak mau kalau secara terus
menerus dimonitor. Mereka ingin selalu dilibatkan, diajak berdiskusi, dan
berpendapat. Mereka juga harus diserahi tanggung jawab yang sesuai serta
mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan mendapat penghargaan atas prestasi
yang diraih.
3.
Dari inspeksi
menjadi pencegahan. Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap barang atau produk
jadi setelah keluar dari proses produksi. Sehingga bila ada produk yang cacat
atau tidak sesuai dengan spesifikasi pelanggan, akan dibuang atau diadakan
pengerjaan ulang. Hal inilah yang membuat perusahaan harus membayar mahal.
Dalam TQM tidak ada lagi istilah inspeksi, melainkan pencegahan. Artinya, sejak
dari perencanaan produk. Proses produksi hingga menjadi produk akhir menghasilkan
cacat atau kesalahan nol (zero defect).
4.
Dari fokus
internal dan fokus eksternal, fokus internal adalah perhatian perusahaan atau
organisasi pada kemampuan yang dimiliki saja, sehingga proses produksi
dilaksanakan berdasarkan kemampuan tanpa memperhatikan permintaan pelanggan
(push system) sedangkan TQM menganggap bahwa cara berproduksi seperti ini
adalah pemborosan. TQM lebih memfokuskan
pada kebutuhan dan harapan pelanggan (eksternal fokus) sehingga melaksanakan
proses produksi tarik (pull system).
5.
Dari biaya dan
penjualan menjadi kesesuaian terhadap mutu. Semula, perusahaan atau organisasi
hanya memperhatikan masalah biaya dan waktu produksi. Namun kondisi tersebut
kemudian berubah menjadi mutu produk yang menjadi orientasinya. Mutu produk
yang dimaksud di sini adalah dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan
pelanggan. Barang atau jasa dikatakan bermutu bila mampu mengurangi biaya (cost
reduction), menghilangkan pemborosan (eliminating waste), menyampaikan secara
tepat waktu (faster delivery), dan menjual dengan harga rendah ( lower price).
Apabila hal tersebut tercapai, maka profit meningkat.
6.
Dari stabilitas
menjadi perubahan dan perbaikan secara terus menerus. Kondisi yang tidak
berubah bukannya membawa keuntungan dan manfaat bagi perusahaan. Justru
perusahaaan atau organisasi yang mau berubah dan mau secara terus menerus
mengadakan perbaikan itulah yang akan berhasil dengan baik. Dalam kondisi yang
serba stabil, orang tidak akan pernah mau belajar. Sementara dalam organisasi
yang menggunakan filosofi TQM dituntut untuk selalu belajar atau berubah,
memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya, karena prinsip TQM yang continuous
quality improvement.
7.
Dari hubungan
yang sifatnya persaingan menjadi hubungan kerjasama. Dalam organisasi yang
menggunakan konsep TQM semua pihak yang berhubungan baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan organisasi tersebut (pemasok, pelanggan, pesaing, dan
lain-lain) adalah teman atau saudara. Hal ini menuntut adanya kerjasama yang
kuat dan saling membantu. Hubungan erat dan kerjasama yang baik dengan
pelanggan akan membuat mereka terbuka untuk memberikan kritik dan saran untuk
peningkatan produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
8.
Dari
pengalokasian dan melemparkan hal-hal yang tidak diketahui menjadi penyelesaian
semua masalah sampai akar-akarnya. Perusahaan biasanya akan menutupi masalah
yang dihadapi dan bersikap pura-pura tidak tahu, atau membenci siapa pun yang
mengetahui permasalahan yang ada. Perusahaan atau organisasi yang menganut
filosof TQM justru akan menghadapi semua
permasalahan yang ada, mencari penyelesaian hingga tuntas.
Untuk dapat
menerapkan TQM pada industri jasa diperlukan beberapa konsep dasar, teknik dan
langkah-langkah penerapannya, antara lain:
1.
Memfokuskan pada
produk (yang dalam hal ini adalah jasa yang ditawarkan) dan pelanggan.
2.
Kepemimpinan
dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan filosof TQM.
3.
Budaya
organisasi (yaitu budaya organisasi yang berorentasi mutu).
4.
Komunikasi yang
efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun antara para personil
organisasi dengan pelanggan.
5.
Pengetahuan atau
keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
6.
Tanggung jawab
para karyawan.
7.
Manajemen
berdasarkan data dan fakta.
8.
Sudut pandang
jangka panjang.
Total quality
management merupakan sekumpulan langkah yang harus dilalui tingkat demi tingkat
untuk dapat menerapkannya. Pada dasarnya untuk dapat menerapkan total quality
management yang paling diperlukan adalah dukungan atau komitmen dari pimpinan
puncak, komunikasi antar seluruh anggota organisasi, dan adanya perubahan
budaya[3].
C.
Prinsip
dan Unsur Pokok Total Quality Management (TQM)
TQM merupakan
suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia.
Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu
organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam scheuning dan Christopher, 1993:
165-166), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah:
1.
Kepuasan
pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas
dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan
spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan
itu sendiri meliputi pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Kebutuhan
pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya
harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala aktivitas
perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang
dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Makin tinggi nilai yang diberikan,
maka makin besar pula kepuasan pelanggan.
2.
Respek terhadap
setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya
tergolong kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki
talenta dan kreativitas yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber
daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam
organisasi diperlukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3.
Manajemen
berdasarkan fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi
pada fakta. Meksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan
sekedar perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini.
Pertama, prioritas (prioritization), yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak
dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat
katerbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan menggunakan data,
maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi
tertentu yang vital. Kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data
statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang wajar dari
setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen dapat memprediksi hasil
dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4.
Perbaikan
berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perubahan
perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara
berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCAA
(plan-do-check-act-analyze) yang terdiri atas langkah-langkah perencanaan, dan
melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh[4].
Sepuluh unsur utama TQM adalah:
1.
Fokus pada
Pelanggan. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelangan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam
menentukan ualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan
produk atau jasa.
2.
Terobsesi dengan
mutu, yaitu dengan menjadikan mutu sebagai pegangan atau pandangan hidup
seluruh anggota organisasi atau perusahaan.
3.
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Hal ini
disebabkan pendekatan ilmiah dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
4.
Komitmen jangka
panjang. Usaha peningkatan atau perbaikan mutu bukan merupakan loncatan
(quantum leap). Melainkan merupakan suatu proses jangka panjang yang
berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan total quality, perhatian
kita harus berpusat pada masa mendatang yang berjangka jauh ke depan, bukan
untuk jangka pendek.
5.
Kerja tim
(teamwork). Ada prinsip yang mengatakan bahwa pemikiran sekumpulan orang lebih
baik daripada hanya satu orang, sehingga hasil yang dapat diperoleh akan lebih
baik bila semua pekerjaan dikerjakan secara bersama-sama. Pemberian upah dan
penghargaan pun tidak dilaksanakan secara individu, melainkan juga merupakan
penilaian kelompok.
6.
Continual
process improvement. Mutu hanya bisa dicapai bila selalu diadakan perbaikan dan
penyempurnaan walau hanya kecil. Hal ini sesuai dengan prinsip Kaizen “little
better everyday”.
7.
Pendidikan dan
pelatihan. Karena untuk menciptakan sesuatu yang bermutu, maka orang harus mau
belajar dan berlatih sampai kapan pun. Hal ini akan membentuk dan meningkatkan
pola pikir yang selalu berorientasi pada proses perbaikan.
8.
Tidak ada
pengendalian (freedom from control). Perusahaan atau organisasi yang
berorientasi pada total quality tidak lagi menggunakan statistical process control
yang hanya merupakan penilaian produk akhir, melainkan setiap karyawan harus
mengendalikan sendiri dirinya untuk membuat atau memberikan atau menerima
produk yang benar-benar bebas cacat.
9.
Keseragaman
tujuan. Dengan adanya kesamaan tujuan maka kegiatan akan dapat dilakukan dengan
mudah dan tidak ada pertentangan dalam pelaksanaannya.
10.
Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal
yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa dua
manfaat utama. Pertama, meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang
yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga
mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan
dengan situasi kerja. Kedua, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
D.
Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Kegagalan Total Quality Management (TQM)
Apabila suatu
organisasi menerapkan TQM dengan cara sebagaimana mereka melaksanakan inovasi
manajemen lainnya, atau bahkan bila mereka menganggap TQM sebagai obat ajaib
atau alat penyembuh yang cepat, maka usaha tersebut telah gagal semenjak awal.
TQM merupakan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang membutuhkan perubahan
total atas paradigma manajemen tradisional, komitmen jangka panjang, kesatuan
tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus.
Selain
dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan yang tidak
realistis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat
organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa kesalahan yang sering
dilakukan antara lain:
1.
Delegasi dan
kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas
secara berkesinambungan sepatutnya dimulai dari pihak manajemen di mana mereka
harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaannya. Bila tanggung jawab
tersebut didelegasikan kepada pihak lain (misalnya kepada pakar yang digaji)
maka peluang terjadinya kegagalan sangat besar.
2.
Team mania.
Organisasi perlu membentuk beberapa
tim yang melibatkan semua karyawan. Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama
dalam tim, paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik
penyelia maupun karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya
masing-masing. Penyelia perlu mempelajari cara menjadi pelatih yang efektif,
sedangkan karyawan perlu mempelajari cara menjadi anggota tim yang baik. Kedua,
organisasi harus melakukan perubahan budaya supaya kerja sama tim tersebut
dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan
tim, maka hanya akan timbul masalah, bukannya pemecahan masalah.
3.
Proses
penyebarluasan (deployment)
Ada organisasi yang mengembangkan
inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan mengembangkan rencana untuk
menyatukannya ke dalam seluruh elemen organisasi (misalnya operasi, pemasaran,
dan lain-lain). Seharusnya pengembangan
inisiatif tersebut juga melibatkan para manajer, serikat kerja, pemasok, dan
bidang produksi lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur,
penghargaan, pengembangan keterampilan, pendidikan, dan kesadaran.
4.
Menggunakan
pendekatan yang terbatas dan dogmatis.
Ada pula organisasi yang hanya
menggunakan pendekatan Deming, pendekatan Juran, atau pendekatan Crosby dan
hanya menerapkan prinsip-prinsip yang ditentukan di situ. Padahal tidak ada
satu pun pendekatan yang disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun
pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan satu pendekatan yang cocok untuk
segala situasi. Bahkan pakar kualitas mendorong organisasi untuk menyesuaikan
program-program kualitas dengan kebutuhan mereka masing-masing.
5.
Harapan yang
terlalu berlebihan dan tidak realistis.
Bila hanya mengirim karyawan untuk
mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari, bukan berarti telah membentuk
keterampilan mereka. Masih dibutuhkan waktu untuk mendidik, mengilhami, dan
membuat para karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan
waktu yang cukup lama pula untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan proses
baru, bahkan seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk
sampai terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing
perusahaan.
6.
Empowerment yang
bersifat prematur.
Banyak perusahaan yang kurang
memahami makna pemberian empowerment kepada para karyawan. Mereka mengira bahwa
karyawan telah dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan,
maka para karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan memberikan
hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang
harus dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu
sebenarnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak
salah dalam melakukan sesuatu[5].
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Total quality
manajemen dapat di defenisikan dari tiga kata yang di milikinya, yaitu total
(keseluruhan),quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau jasa),
manajemen (tindakan, pengendalian pengarahan). Dapat di defenisikan TQM adalah
sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer
satisfaction) dengan kegiatan yang di upayakan sekali benar melalui perbaikan
berkesinambungan dan memotivasi karyawan.
Pengendalian,
sistem, dan teknik-teknik sangat diperlukan dalam penerapan TQM, tetapi
semuanya itu bukan merupakan kebutuhan utama. Yang terpenting dalam penerapan
TQM adalah keterlibatan secara menyeluruh setiap orang dalam organisasi atau
perusahaan tersebut untuk mengubah budaya (culture) yang lama menjadi budaya
baru.
Ada empat
prinsip utama dalam TQM, yaitu: kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap
orang, manajemen berdasarkan fakta, perbaikan berkesinambungan.
Sepuluh unsur utama TQM adalah: Fokus pada
Pelanggan, Terobsesi dengan mutu, Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah, Komitmen jangka panjang, Kerja tim
(teamwork), Continual process improvement, Pendidikan dan pelatihan, Tidak ada
pengendalian (freedom from control), Keseragaman tujuan, Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan TQM:
Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior, Team mania,
Proses penyebarluasan (deployment), Menggunakan pendekatan yang terbatas dan
dogmatis, Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis, Empowerment yang
bersifat premature.
B.
Saran
Dalam penulisan
makalah ini, kami sebagai pemakalah merasa masih banyak kekurangan dari makalah
yang kami buat. Maka dari itu kami mohon kritikan dan saran dari para pembaca
yang sifatnya membangun agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Dorothea Wahyu Ariani, Manajemen
Kualitas, Yogyakarta, Cetakan Pertama, 1999
M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu,
Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001
Purwanto, Manajemen
strategi, Bandung, yrama widya, 2006
Tjiptono, Fandy
dan Anastasia Diana, Total Quality Management, Yogyakarta, Andi Offset,
1998
[1] M.N. Nasution, Manajemen Mutu
Terpadu, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), 24-28
[2] Tjiptono, Fandy dan Anastasia
Diana, Total Quality Management, (Kawasan Candi Gebang: Andi Offset
Yogyakarta, 1998), 4
[3] Dorothea Wahyu Ariani, Manajemen
Kualitas, (Yogyakarta: Cetakan Pertama, 1999), 23-35
[4] Nasution, Manajemen Mutu
Terpadu, 33-34
[5] Purwanto, Manajemen strategi,
(Bandung: yrama widya, 2006), 51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar